Kelam Berharap |
MATAHARIDilihat dari konteks kenapa album ini lahir, BADAI PASTI BERLALU 1977 (BPB '77) muncul karena gagasan Irama Mas Records untuk merilis lagu-lagu dalam film Badai Pasti Berlalu karya Teguh Karya yang juga menjadi film terbaik kala itu (Sumber : Indolawas - Badai Pasti Berlalu). Sebagai soundtrack film asmara, secara sederhana : it's a love song. That's it and just it. Tapi, saya tak terlalu setuju.
Oleh Chrisye-Aning Katamsi (BPB '99)
Musim berlalu resah menanti
Matahari pagi bersinar gelisah
Kini...
Semua bukan milikku
Musim itu t'lah berlalu
Matahari segera berganti...
Dimana kau timbun daun yang layu?
Makin gelisah aku menanti :
Matahari
dalam rimba kabut pagi
Sampai kapankah aku harus menanti?
Awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
Daun yang layu berguguran di pangkuan
Kapan badai pasti berlalu?
Resah aku menunggu
Kapan badai pasti berlalu?
Badai pasti berlalu
Haaaaa...
Haa haa haaaaa haa haa
Haa haa haa haaa haa
Haa haa haa haa haa haa haaaa
Dimana kau timbun daun yang layu?
Makin gelisah aku menanti
Matahari dalam rimba kabut pagi
Sampai kapankah aku harus menanti?
Musim berlalu resah menanti
Matahari pagi bersinar gelisah
Kini...
*Semua bukan milikku
Musim itu t'lah berlalu
Matahari segera berganti...*
NB : *...* untuk Matahari versi BADAI PASTI BERLALU (BPB '99)
Ada sebuah tulisan di masa lalu yang menarik saya baca bahwasanya sebuah karya sastra, seni adalah sebuah bentuk hasil karya anak manusia yang bisa dan harus selalu bisa ditangkap dalam berbagai makna dan berbagai tingkatan manusia (Mohon maaf saya tidak bisa menunjukkan rujukan statement ini secara konkrit). Saya setuju dengan pendapat tersebut. Alasannya? Karena dia seni dan sastra!
Saya ingin tanya : Bolehkah ketentuan peraturan perundang-undangan bersifat multitafsir? Atau, bolehkan sebuah karya skripsi tentang hukum gadai oleh orang lain ditangkap sebagai karya skripsi tentang hukum hipotik? Tentu saja tak boleh! Mengapa? Karena keduanya, antara lain, adalah karya ilmiah. Keduanya adalah hasil dari serangkaian kegiatan yang obyektif dan termetodologis. Tidak demikian dengan karya seni dan sastra.
Lalu, apakah itu berarti karya seni dan sastra tidak ilmiah? 100%, tidak! Dalam kadar tertentu iya, namun tidak untuk seutuhnya. Seni dan sastra adalah ruang yang disediakan Allah SWT. dalam diri manusia untuk menunjukkan sisi kreatifitas subyektifnya. Lewat seni dan sastra manusia bisa berbuat "semaunya." Segala hal ditangkap dengan berbagai sudut pandang dan penerimaan. Lewat seni dan sastra, sesuatu bisa menjadi lain dari sesuatu itu sendiri. Begitu pula yang terjadi pada lagu Matahari.
***
Who Laugh Who Cry |
Simak lebih jauh tembang manis Om Chrisye dan Mbak Aning Katamsi. Lagu tersebut menunjukkan kesan kesuraman, kekalutan, kegelisahan persis dengan keadaan kita saat ini. Masyarakat kalangan menengah-bawah menjadi cermin paling jelas ekspresi kekecewaan dan kegelisahan seperti yang dikisahkan lagu Matahari. Lantas, hikmah apakah di balik "tragedi" kenaikan BBM kita hari ini? Setidaknya yang bisa membuat masyarakat papa kita (the poor) bisa sedikit tersenyum lega.
Kita mulai satu per satu...
Pertama, kita lihat dari sisi masyarakat. Kenaikan harga BBM kita saat ini memberikan pelajaran cukup keras bagi masyarakat kita. Logika yang berkembang sejauh ini bahwa kenaikan BBM, khususnya premium, disebabkan banyak kalangan berpunya (the rich) dengan kendaraan mewah mereka mengonsumsi jatah premium yang seharusnya menjadi jatah masyarakat kelas menengah-bawah. Jika kenaikan BBM ini tidak diimbangi kesadaran masyarakat the rich, tidak mustahil beberapa waktu yang akan datang, cepat atau lambat, harga BBM kita akan kembali naik. Hikmah pertama : kita diajarkan toleransi dan sadar diri dengan status dan kesejahteraan yang Allah SWT. berikan pada kita. Keegoisan kalangan the rich akan memancing gejolak BBM jilid 2. Bukankah Pemilihan Presiden 2014 masih beberapa bulan lagi? Badai masih menggantung di langit, Kawan.
Selain itu, kenaikan BBM, khususnya premium di level Rp. 6.500,00 (enam ribu lima ratus rupiah) per liter mengajarkan kita untuk selektif dan efektif serta efisien dalam menjalankan roda aktifitas. Hal-hal kecil yang sekiranya bisa kita kerjakan tanpa menggunakan kendaraan bermotor, untuk apakah kita melakukannya dengan kendaraan bermesin tersebut? Allah SWT. sedikit banyak lewat fenomena ekonomi ini mengajarkan kita sikap hidup hemat. Terutama komunitas kendaraan bermotor, bijaklah dalam berkegiatan! Keberadaan kalian harus kalian jadikan positif dan berteladan dalam berkendara di jalanan. Kenaikan BBM sedikit banyak akan berpengaruh pada kegiatan touring dan kegiatan-kegiatan lain sepanjang tidak memiliki maksud, tujuan, dan kemanfaatan yang jelas.
Hikmah lain bagi masyarakat kita, Allah SWT. "menyuruh" kita belajar. Ya, belajar melihat pilihan kita. Kita yang memilih sebagian orang yang memimpin kita, yang hari ini sedikit banyak berjuang atas nama kita untuk mendukung kenaikan BBM. Kita positive thinking saja. Peristiwa ini memberikan pelajaran pada kita untuk mengamati perilaku mereka "di atas sana" apakah dengan kenaikan BBM ini kesejahteraan kita bisa semakin baik atau sebaliknya. Ingat, tak selamanya kenaikan harga komoditi vital itu menyengsarakan. Logikanya, kebutuhan naik, seyogyanya pendapatan kita harus naik agar kebutuhan kita tetap terakomodasi. Yang jadi masalah, bisakah para pemimpin kita memenuhi tuntutan ini? Maka dari itu, belajarlah berevaluasi. Sudah tepatkah pilihan kita empat-lima tahun yang lalu?
Kedua, kita lihat dari sisi pemerintah sebagai the author of our country. Teori Perjanjian Masyarakat menjadikan pemerintah, penguasa, raja, presiden atau dalam istilah lainnya sebagai pihak yang berkewajiban memenuhi kepentingan masyarakatnya. Sebagaimana dalam perjanjian, kelalaian pemenuhan kewajiban salah satu pihak melahirkan kondisi yang disebut wanprestasi atau cidera janji. Keadaan yang demikian melahirkan hak pada pihak yang dirugikan untuk menuntut ganti kerugian. Demikian konsep keperdataan secara umum.
Hikmah pertama dari sisi pemerintah adalah pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diberikan rakyat padanya dalam sebuah perjanjian akbar bernama pemilihan umum sekitar empat-lima tahun yang lalu. Bagaimana tanggung jawab mereka atas kesejahteraan rakyat? Apakah kenaikan BBM ini menjadi jalan untuk memenuhi kewajiban tersebut? Di sinilah hakikat dari pemerintah dipertanyakan. Kesuksesan dan kegagalan dari kebijakan ini akan menjadi pelita atau bumerang bagi partai politik koalisi yang mendukung opsi kenaikan BBM ini.
Hikmah lainnya, kenaikan harga BBM memaksa pada sebuah pertanyaan : sampai kapan? Artinya, sampai kapan masyarakat kita harus mengeluh dengan kenaikan BBM. Pertanyaan ini kemudian akan mengarahkan secara stimulan pada progresitas pemecahan masalah atas kemungkinan adanya energi bahan bakar nonfosil yang dapat dinikmati secara massal dan murah. Dengan kata lain, ketika ada pilihan lain atas bahan bakar kendaraan, kenaikan salah satu bahan bakar dapat diantisipasi dengan konsumsi bahan bakar yang berbiaya rendah. Tentu saja hal ini akan berdampak pada pilihan jenis kendaraan yang cocok dengan bahan bakar yang bersangkutan. Tidak mungkin bukan sepeda motor Yamaha VegaR saya secara bulat-bulat tanpa modifikasi menggunakan bahan bakar gas? Tentu saja dibutuhkan alih teknologi yang sesuai. Dengan kata lain, kenaikan BBM memberikan pelajaran pada pemerintah kita sudahkah menyediakan bahan bakar alternatif?
Hikmah yang paling penting bagi pemerintah, bagaimana cara mereka menyediakan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat terdampak kenaikan BBM? Dan, sejauh ini mereka menjawabnya dengan program paling menjijikkan : BLSM alias Balsem. Secara konseptual, program Balsem disediakan kurang lebih selama empat bulan dengan nominal bantuan Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) per penerima per bulan yang dicairkan setiap dua bulan. Mau berhitung matematis dengan saya? Simak kalkulasi sederhana berikut.
Hikmah Bagi Mereka |
Sebelum kenaikan BBM. Seorang sopir angkot sekaligus pemilik angkot setiap hari rata-rata mengangkut penumpang sebanyak 20 orang dewasa dengan trayek Terminal Arjosari-Terminal Landungsari, Malang, dengan harga wajar (sedikit pungli) Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) per orang per tujuan, baik jauh maupun dekat. Artinya, sehari yang bersangkutan akan memiliki penghasilan Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah) atau sebesar Rp. 1.800.000,00 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) per bulan. Dengan harga premium Rp. 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah), dalam sehari sang sopir angkot menggunakan premium sekitar Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah) atau sekitar 3 1/3 liter per hari pulang-pergi kedua terminal tersebut atau sekitar Rp. 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan. Pendapatan bersih sang sopir sekaligus empunya angkot dalam sebulan dikurangi kebutuhan bensin semata adalah Rp. 1.350.000,00 (satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Silahkan kurangi dengan biaya perawatan mesin, kurang lebih Rp. 350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) dan biaya retribusi sekali masuk terminal sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) atau Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah) per hari per keberangkatan atau Rp. 60.000,00 (enam puluh ribu rupiah) per bulan karena masuk Terminal Arjosari dan Terminal Landungsari sehingga pendapatan bersih sang sopir dalam sebulan untuk dirinya dan keluarganya adalah Rp. 940.000,00 (sembilan ratus empat puluh ribu rupiah). Silahkan hitung lebih lanjut dengan alokasi belanja keluarga.Nah, sekarang kembali ke pertanyaan saya. Apakah mampu Balsem mengatasi degradasi kesejahteraan masyarakat terdampak kenaikan BBM? Untuk empat bulan? Rp. 150.000,00 per bulan per penerima? Singkat kata : Balsem is not the best way to solve our problem. Kalau ada pihak yang mengatakan, Balsem adalah solusi jitu untuk meningkatkan-atau mempertahankanlah saja-kesejahteraan masyarakat terdampak kenaikan BBM, jawaban saya sederhan : Balsemen wae raimu kuwi, Bos! (Jawa : Balsemi saja wajahmu itu, Bos!) Hahahaha...
Nah, kenaikan BBM secara kasat mata akan berakibat pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok. Seperti pada umumnya, tarif angkot akan dinaikkan. Anggaplah naik sekitar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah) per orang per tujuan, tanpa pungli. Sebagaimana tren pula kenaikan BBM akan diikuti dengan penurunan jumlah penumpang. Inilah yang saya dengar dari beberapa sopir angkot saat saya masih sempat menjadi penumpang angkot sekitar setahun yang lalu jurusan Terminal Landungsari-Terminal Arjosari dengan atau tanpa melalui Kelurahan Dinoyo. Dalam kasus kita, anggap sajalah sang sopir beruntung dan tetap memperoleh penumpang sekitar 20 orang dewasa per hari dengan trayek yang sama untuk pulang dan pergi. Dalam sebulan sang sopir bisa meraup pemasukan sebesar 30 hari x 20 orang x Rp. 4.000,00 atau sebesar Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah). Komponen lain yang jelas berubah adalah kebutuhan premium menjadi 30 hari x 3 1/3 liter x Rp. 6.500,00 (enam ribu lima ratus rupiah) atau sekitar Rp. 650.000,00 (enam ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan dan biaya perawatan Rp. 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan karena kenaikan harga onderdil dan ongkos montir atau total sebesar Rp. 1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah). Ditambah retribusi sebulan yang tidak mengalami kenaikan, pengeluaran sang sopir dalam sebulan untuk kepentingan kerjanya adalah Rp. 1.100.000,00 + Rp. 60.000,00 = Rp. 1.160.000,00 (satu juta seratus enam puluh ribu rupiah). Pendapatan bersih sang sopir per bulan menjadi Rp. 2.400.000,00 - Rp. 1.160.000,00 adalah Rp. 1.240.000,00 (satu juta dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan. Sekilas ada kenaikan sebesar Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) dibandingkan sebelum kenaikan BBM. Masalahnya, sanggupkan Rp. 300.000,00 ini mengatasi efek ekonomi kenaikan BBM pada kebutuhan harga pokok? Dan yang terpenting : INI HANYA ILUSTRASI. Di luar sana realitas yang dialami sopir angkot lebih kejam lagi mengingat mereka kebanyakan bukan pemilik angkot. Hanya sopir. Just it! Dan lebih buruk lagi, penumpang mereka bahkan tak sampai 10 orang dewasa per hari. Bayangkanlah!
Inilah yang menjadi hikmah paling penting bagi pemerintah kita. Mengandalkan Balsem untuk mengatasi masalah kesejahteraan pascakenaikan harga BBM hanya mimpi indah semenit tidur malam. Seperti balsem-dalam arti sebenarnya-pernahkah menemukan balsem yang sanggup memberikan kita rasa hangat berhari-hari hanya dengan sekali gosok? Jangan berhari-hari, dalam tempo satu jam pun rasa hangat itu kita rasakan sudah bagus. Begitulah dengan Balsem ala Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II kita ini.
***
Nah, lagu Matahari memberikan motivasi dan semangat pada kita. BADAI PASTI BERLALU. Walaupun 'musim berlalu', 'matahari pagi bersinar gelisah,' 'makin gelisah ... menanti matahari' dan berbagai ketimpangan lainnya, tetap BADAI PASTI BERLALU. Pasti! Hanya saja, simak lagi lirik lagu tersebut. Om Chrisye dan Mbak Aning Katamsi menyindir kita lewat lagu ciptaan Om Eros dan Om Yockie tersebut : KAPAN?!!! #MakJleeeb!#
***
Saya paling terkesan dengan pesan lagu Matahari di bagian tersebut. Om Eros dan Om Yockie, sekalipun dalam nafas cinta keduanya menciptakan lagu ini, ada kesan ketidakpercayaan dan keraguan akan datangnya hari yang cerah, akan berakhirnya "badai" yang melanda.Kapan badai pasti berlalu?"Kapan badai pasti berlalu?" Pertanyaan ini diulang dua kali. Kali pertama, Om Eros dan Om Yockie memberikan gambaran akan kegelisahan karena menanti "badai" berlalu. Kali kedua, musisi kawakan kita itu "hanya" memberikan jawaban : Badai pasti berlalu. Begitulah dengan kondisi kita dengan kenaikan BBM saat ini.
Resah aku menunggu
Kapan badai pasti berlalu?
Badai pasti berlalu"
Bayangkan kenaikan harga bahan pokok yang akan atau bahkan sedang kita hadapi sekarang. Bayangkan tingkat pendapatan riil per kapita masyarakat kita pascakenaikan BBM. Bayangkan pelambatan pertumbuhan ekonomi yang mungkin saja terjadi. Bayangkan itu semua! Jika Sahabat Manyar merasa belum cukup rumit, bayangkan amoralitas yang siap kita saksikan bersama-sama jelang 2014. Kurang badai bagaimana lagi? Saya sebagai mahasiswa hukum sudah cukup kenyang dengan krisis hukum yang terjadi belakangan ini. Kalau harus menambah satu badai lagi, badai ekonomi, astaga... Bisa-bisa saya akan bertanya : Kapan sih badai ini pasti berlalu? Pastinya, gitu! Bukankah Sahabat Manyar sudah bertanya-tanya bagaimana kepastian kenaikan harga BBM? Sekarang terjawab kan? Nah, sekarang giliran saya. Kapan nih kesejahteraan masyarakat kita bisa maksimal pascakenaikan BBM?
Gamang Dalam Penantian |
***
Seni dan sastra adalah alat kesadaran. Jangan jadikan kreasi orang-orang di sekitar kita berlalu begitu saja. Seni dan sastra adalah hiburan. Tapi, jangan lupa : manusia adalah sosok yang pelupa. Seni dan sastra adalah salah satu pengingat kesadaran manusia dari lupa. Dan, Om Chrisye, Mbak Aning Katamsi, Om Eros, Om Yockie, mereka berempat sudah mengingat kita sejak tahun 1999 yang lalu, atau lebih jauh lagi sejak tahun 1977 dengan album BPB '77 yang ditembangkan Tante Berlian Hutahuruk : Kapan kita bisa mengakhiri persoalan yang dihadapi negeri kita? Tanyakan itu pada hatimu, Sahabat Manyarku...Selamat sore, Sahabat Manyar. Selamat merenung! Sebagai teman merenung, silahkan dinikmati suguhan manis tembang Matahari dari Om Chrisye dan Mbak Aning Katamsi berikut ini :
Spoiler for Matahari by Chrisye & Aning Katamsi (Album "BADAI PASTI BERLALU" 1999:
Sumber Gambar :
- Dokumentasi Pribadi
- Wikipedia dan UniQPost dengan modifikasi Jejak-Jejak Manyar
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: