Langsung ke konten utama

Bulan Sya'ban : Bulan Syafaat atau "Bulan Kiamat"? ಠ~ಠ

PERHATIAN: Dilarang membaca artikel ini dengan esmosi |◔∇◉|. Bagi yang memiliki riwayat penyakit suudzon, sok pinter, males baca, plus fanatik, saya sarankan Anda tinggalkan artikel ini segera. Demi kesehatan Anda sendiri ●‿●✌



Kata Bijak Hari Ini :
"Siapa yang menyalahkan dirimu karena merasa benar? Dunia menyalahkan dirimu karena kamu memaksakan kebenaranmu menjadi kebenaran orang lain."



Puasakah Anda Hari Ini? ^^
NAH, kali ini saya punya topik baru yang rasanya paling pas dibincangkan di bulan ini. Kudu diakui memang saya agak telat posting artikel ini (namanya juga baru dapet inspirasi... טּ_טּ"). Tapi, daripada nggak sama sekali? By the way, soal apaan sih?

Begini pembaca yang budiman (bagi temen-temen Manyar yang namanya Budi dan Paiman, maaf cuma manggil (●⌒∇⌒●)), bulan Sya'ban, seperti yang udah sedikit saya singgung kemaren, adalah bulan yang penuh dengan tantangan. Lha, kok tantangan? Yoi. Saya bilang gitu karena di bulan ini kita diuji apakah mau atau tidak menjemput syafaat yang diberikan Allah swt. kepada kita. Menurut beberapa hadist yang bertebaran dalam artikel-artikel di dunia maya, Nabi Muhammad saw. gemar berpuasa di bulan ini karena pada bulan inilah amalan manusia dipaketin ke langit (maksudnya, dikirim gitu). Bulan ini juga bulan yang sarat akan ampunan Allah swt. Terus, tantangannya dimana? Ini dia.

Ada yang puasa nggak sekarang? Ini tantangan pertama. Kalo di bulan Ramadhan, yang puasa banyak jadi kalo kita puasa yang namanya godain itu bisa diminimalisir. Lha sekarang? Dikatakan juga sekarang bulan ampunan. Saya mau tanya lagi ini. Udah berapa kali sih istigfar hari ini? ◔_◔ Kesibukan kita bikin kita nggak sempat (ato sengaja nggak nyempetin :p) buat puasa dan istigfar untuk beberapa saat saja.

Oh ya, saya lupa tanya tadi. Ini yang baca pada mau ampunan Allah swt. semua apa nggak sih? Kalo nggak, ngapain baca artikel ini??!! Hahahaha... Just kidding...

Lanjuuuuuut

Artinya, kenapa saya bilang bulan ini bulan tantangan soalnya di bulan ini kita banyak diuji (ibaratnya sih pretest gitu deh ツ). Diuji ketaatan kita, kesabaran kita, kecintaan kita, dan kecerdasan kita, sebelum kita masuk ke bulan yang bener-bener ujian : Ramadhan (untuk yang satu ini saya posting bulan depan pas bulan puasa. Momentum banget kan? Hehehehe...). Di bulan Sya'ban, buat orang-orang yang pengen dapet ampunan Allah swt., diuji ketaatannya buat mematuhi perintah dan larangannya.

Di bulan Sya'ban, buat orang-orang yang pengen dapet guyuran ampunan Allah swt., diuji kesabarannya buat puasa sementara orang-orang laennya pada nggak puasa. Diuji buat sering-sering nahan marah dan istigfar walau kelakuan tetangga sebelah mancing buat ngegampar (☆^ー^☆).

Di bulan Sya'ban, buat orang-orang yang pengen dapet syafaat Allah swt., diuji kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw. Kalian pernah denger kan kalo emang cinta Nabi Muhammad saw. maka cintai juga sunnahnya? Begitu lah bulan ini menjadi ujian dari kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw.

Lalu, diuji kecerdasan ini apaan? Eng ing eeeeeeeeng! ⎝⓿⏝⓿⎠Inilah topik kita hari ini!

Bulan Sya'ban mirip banget sama sama bulan Rajab kemaren. Pertama, soal puasa. Seperti bulan Rajab kemaren, ada sebagian umat Islam yang menjalankan ibadah puasa sunnah di bulan Sya'ban selama sebulan penuh. Kedudukan hadist yang jadi sandaran sangat baik jika dibandingkan dengan ibadah puasa sunnah di bulan Rajab yang paling kontroversial (menurut saya lho ya!) dari segi legalitas (hadist). Pada bulan Sya'ban, beberapa hadist menunjukkan bahwa Rasulullah paling banyak berpuasa di bulan ini. Bahkan ada hadist yang mengatakan bahwa beliau berpuasa dua bulan berturut-turut, yaitu Sya'ban dan Ramadhan. Sebagian lain, ada umat Islam yang mengutamakan puasa di bulan Sya'ban hanya pada paruh kedua bulan ini. Dan terakhir, ada umat Islam yang tidak menjalani puasa Sya'ban, melainkan mengamalkan puasa-puasa sunnah pada umumnya di bulan Sya'ban. Salah satunya... ya saya. (⌒▽⌒). Kecerdasan kita diuji di sini.

Kedua, soal malam nishfu Sya'ban. Lagi-lagi ini jadi celah perbedaan lagi. Buat sebagian kalangan, ada yang mengistimewakan saat itu, tapi sebagian lainnya menyatakan bahwa malam tersebut nggak ada bedanya dengan malam-malam lainnya. Mana yang bener? Diuji lagi kan kecerdasan kita?

Dua hal ini yang menjadi ujian bagi kecerdasan kita. Kecerdasan Bersikap!

Dua hal di atas adalah kenyataan yang, insya Allah, akan jadi perdebatan sepanjang zaman. Dengan dasar yang dimiliki masing-masing, kita harus bisa menyimpulkan bahwa nggak ada kebeneran yang mutlak dari apa yang dibuat, dipikir, dan diangankan oleh manusia. Kita lupa bahwa setiap orang punya hak buat mengikuti apa yang ia yakini. Sepanjang keyakinan itu ada dasarnya, ya aqli maupun naqli (untuk hal ini saya pikir hadist masuk juga deh), kenapa nggak? Soal ibadah itu diterima atau nggak, lha yang punya buku rapor itu Allah swt. kok ya kita yang ribut sih?

Saya agak lucu kemaren dengerin beberapa anak muda (walaupun nongkrong di depan kampus, saya nggak yakin mereka mahasiswa -.-") yang debat panjang soal puasa dan malam nishfu Sya'ban. Yang pro sebulan puasa nyalahin yang kontra. Yang kontra bilang kalo yang pro itu nggak pakai logika. Kalo yang bulan Rajab, yang katanya bulannya Allah swt. kita nggak boleh puasa penuh (menurut sebagian hadist), apalagi bulan Sya'ban yang "cuma" bulannya Nabi Muhammad saw.? Yang pro sebulan full juga nembak 'kata siapa puasa di bulan Rajab sebulan penuh nggak boleh?' Dan perang hadist pun terjadi. Hahahahahaha... Dasarnya pegangannya aja udah beda gimana mau nyamain coba?

Memang mereka "diskusiinnya" dengan santai. Cuma, apa semua orang bisa "berdiskusi dengan santai" soal kedua hal itu, seperti mereka?

Orang-orang yang berpuasa sebulan full atau yang hanya paruh kedua atau lagi seperti saya, hanya menjalani puasa sunnah seperti biasa di bulan Sya'ban, berdiri di atas pondasi pemikiran yang berbeda. Kutub berpikir, kalo udah beda, mau disamain kayak gimana? Yang penting, seperti udah saya singgung di atas, kita harus punya dalil aqli dan naqli dalam mengamalkan ibadah kita. Dan dalil-dalil itu nggak boleh cacat. Kalo dalilnya aja udah diragukan apalagi keliru, gimana dong amalannya?

Kecerdasan kita diuji di bulan ini untuk menyikapi setiap perbedaan secara luwes. Perbedaan pasti ada. Dan kelemahan umat Islam terbesar adalah memandang perbedaan sebagai sebuah penyimpangan padahal hal tersebut muncul karena adanya sudut pandang yang berbeda. Bukan aqidah. Selagi tidak menyimpang dari hukum pokok, kenapa nggak? Sebut aja soal perbedaan qunut dan tidak. Sekampung bikin dua masjid cuma gara-gara qunut. Busyet dah. Dengerin noh dakwahnya alm. Zainuddin MZ. Dan di sekitar kita, barangkali, ada yang kayak gini.

Indah Karena Beda
Perbedaan jadi musuh besar bagi umat Islam. Belum lagi soal celana dilingkis. Yang ngelingkis celana bilang kalo yang celananya ngulur sampe lebih dari mata kaki itu bakal dilempar ke neraka. Yang ngelingkis melet sambil ngeles 'Itu kan buat yang ngulur celana karena sombong.' Bubar deh lagi ukhuwah islamiyah. Yang ngelingkis nggak mau nyapa orang-orang yang celananya nggak dilingkis. Begitupun sebaliknya. Yang masalah beginian sampe jadi alasan buat bikin komunitas sendiri. Lha itu Palestina sama korupsi di Indonesia, kenapa nggak pada aksi? Masa' demo doang?

Di bulan Sya'ban inilah kita harus belajar menghargai pilihan orang laen. Perbedaan itu indah dan ia adalah khazanah yang cantik di tengah-tengah padang mutiara yang jelita. Sekali lagi, selagi tidak menistakan inti ajaran Islam, kenapa harus dimusuhi? Kalo kayak mengubah bacaan sholat pake bahasa Indonesia (besok-besok boleh dong saya pake bahasa Jawa? *.*) ato baca Qur'an tapi transliterasi Indonesia (denger-denger sih pernah ada yang beginian) itu baru yang harus dicegah. Atau penodaan nilai-nilai Islam lainnya seperti mengaku-ngaku sebagai titisan Nabi Muhammad saw., mengaku-ngaku nabi, atau yang lebih parah mengaku jadi Tuhan, silahkan deh kalo mau dibabat. Saya persilahkan. <【☯】‿【☯】>

Dan terakhir sebelum topik ini saya tutup, saya mau mengajak temen-temen Manyar untuk mempercerdas cara pandang, sikap, dan respon kita terhadap setiap perbedaan, khususnya mengenai ritus ibadah di bulan Sya'ban. Jika memang bertentangan dengan ritus kita, beritahukan perbedaan tersebut. Jika tidak mau mendengar dan mereka memiliki dalil untuk itu, kenapa harus dipaksakan? Agama Islam saja tidak memaksakan ketauhidan akan Islam apalagi mengenai keyakinan akan ritus keagamaan sepanjang hal itu bukan sesuatu yang substantif.

Kita jadikan bulan Sya'ban sebagai bulan syafaat, bulan yang penuh dengan ampunan dan pertolongan Allah swt. Jangan jadikan bulan ini sebagai bulan kiamat yang penuh dengan kebencian antara umat Islam satu dan lainnya cuma gara-gara kebiasaan puasa yang berbeda dan cara pandang soal nishfu Sya'ban yang berlainan. Hari gini masih perang soal begituan, hellooooo!!! Apa kata dunia??!!

Ada satu lagi. Soal sholat khusus di malam nishfu Sya'ban. Ada legalitasnya nggak? Kalo ada, tolong share di sini ya? Setau saya sih amalan yang satu ini nggak pernah ada. Banyak pendapat juga menjustifikasi sebagai bid'ah. Setau saya lho.

Dan buat yang butuh referensi soal ibadah puasa dan amalan lain di bulan Sya'ban, nih saya kasih. Tinggal klik aja. Moga bermanfaat :
  1. Islam 4 All - Berapa Lama Puasa Sunnah Sya'ban?
  2. Farid Nu'man Hasan - Keutamaan Bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan
  3. My Blog (Catatan Abu Alifa) - Puasa di Bulan Rajab dan Sya'ban
  4. VOA Islam - Apa Benar Tidak Boleh Puasa Tanggal 15 Sya'ban?
  5. Islam QA - Apakah Dianjurkan Berpuasa Pada Bulan Sya'ban Secara Penuh?
  6. Asmaul Chusna - Amalan Sya'ban
  7. Konsultasi Syariah - Mengenal Bulan Sya'ban
  8. Konsultasi Syariah - Keutamaan Malam Nishfu Sya'ban 



So, Buat Yang Puasa, Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Sunnah Bulan Sya'ban, Kawan-Kawan Manyar! Semoga Ridho Allah swt. dan Limpahan Syafaat-Nya Senantiasa Tercurahkan Kepada Kita Sekeluarga! Aamiin...



Note : Kalo masih ngajak ribut soal sapa yang bener sama sapa yang salah, jawaban saya : Yang salah itu yang sama sekali nggak nyoba puasa sunnah. Oke? (▰˘◡˘▰)

Sumber Gambar :
Yuda KPJ - Hukum Berpuasa di Bulan Sya'ban
The Story of Ria - Perbedaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World