Langsung ke konten utama

Memanah Matahari Pagi

Berjalan di padang sunyi
Pagi ini. Ketika mendung sembunyi di balik hati
Ringin derita mengurai dihembus angin
Dingin memilin
Jejak hampa berjalin dalam cermin
Semesta sepi. Semesta iri. Semesta dengki
Wahai, dimanakah percik api?

Aku ingin: memanah sang matahari
Membiarkan ia terluka
Dan darahnya berceceran di atas Bumi
Agar: bukan darah adik dan kakak kami yang berbanjiran
Agar: bukan darah ayah-ibu kami bertumbalan
Cukuplah kami berkorban selama ini
Bersujud takluk pada tirani
Dan bersumpah setia pada Iblis berwajah bengis
Haruskah kami melakukannya lagi?

Wahai, Yang Katanya Maha Segala
Dengarlah keluhan kami!
Sediakanlah tangan kami: kekar dan berapi
Agar: bisa kami bakar siapa saja
Yang menggantikanmu di dunia
Menjadi raja dalam gulita
Dengarlah kami!
Dengar!
Ya, dengar!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World