Tanpa kata: Berjalanlah!
Hari esok membuka mata
Tangannya merangkul, mencoba memeluk kita
Maka, Berjalanlah!
Mungkin. Sejuta cibir datang bagai banjir
Mungkin. Segudang dengki menusuk bagai belati
Tapi.
Lebih mungkin lagi. Surga mengguyur bagai hujan bulan Januari
Tapi
Lebih mungkin lagi. Damai menitis, membenih kasih
Maka. Berjalanlah!
Kau mungkin trauma
Dengan perosok-perosok masa lalu
Dan jejak-jejak noda yang tersisa
Lalu. Apakah kau kan diam
Dan menunggu noda baru membenam?
Maka: Berjalanlah!
Sepi di puncak. Sepi di hati
Sepi mimpi jauh lebih ngeri
Daripada sepi lorong sunyi yang paling sepi
Maka. Sekali lagi aku berkata
Tanpa kata: Berjalanlah, Bung!
(Kepada Pemuda dan Kebimbangannya)
Hari esok membuka mata
Tangannya merangkul, mencoba memeluk kita
Maka, Berjalanlah!
Mungkin. Sejuta cibir datang bagai banjir
Mungkin. Segudang dengki menusuk bagai belati
Tapi.
Lebih mungkin lagi. Surga mengguyur bagai hujan bulan Januari
Tapi
Lebih mungkin lagi. Damai menitis, membenih kasih
Maka. Berjalanlah!
Kau mungkin trauma
Dengan perosok-perosok masa lalu
Dan jejak-jejak noda yang tersisa
Lalu. Apakah kau kan diam
Dan menunggu noda baru membenam?
Maka: Berjalanlah!
Sepi di puncak. Sepi di hati
Sepi mimpi jauh lebih ngeri
Daripada sepi lorong sunyi yang paling sepi
Maka. Sekali lagi aku berkata
Tanpa kata: Berjalanlah, Bung!
(Kepada Pemuda dan Kebimbangannya)
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: