Langsung ke konten utama

Wajah Hidup

Terminal Harapan Jejak Manyar
Sejuta Harapan Di Sini. Setiap Hari
Terminal Tawang Alun, suatu hari yang laun

Mereka datang; mereka pergi
Setiap detik kembali. Setiap itu pula menghilang
Ada raut asa. Selebihnya patah
Ada sorot damba. Selebihnya... pasrah.

Mereka tak pernah menyerah
Sekali. Dua kali. Seribu kali
Berjalan menghampiri penumpang dan bayi-bayi
Hanya untuk menerima lambaian tangan dan kata 'tidak'
Atau keangkuhan diam tanpa gerak!

Setiap hari. Setiap waktu yang berganti
Inilah yang terjadi
Mereka tak peduli
Mereka tak akan pernah peduli :
   Sampai kapan kekusutan ini melestari
Mereka hanya percaya :
   Tuhan ada. Dan rizkiNya pun jua ada
Entah. Kapan mereka bisa bercucuran menerimanya

Di terminal ini ku menyaksi
Di bangku bus antarkota ini ku berjanji :
   Ku suarakan juangmu, Kawan...

Sumber Gambar : BisMania - Jalur Selatan : Terminal Tawang Alun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World