Langsung ke konten utama

Sonata Malam Pertama

Damai Malam Kudus
Suara tawa: dimana ia?
Senandung biduan: kemana mereka?
Sunyi menyergap. Sunyi memerangkap
Sunyi mendekap. Gelap...

Di sini tak ada suara piring bertumbukan dengan sajian
Atau tapak kaki beradu berebut antrian

Di sini tak ada bincang nostalgi
Pun juga reuni silam yang lirih

Di sini tak perlu lagi pelaminan
Dan seragam pengantin yang mengagumkan

Di sini hanya ada segumpal sepi
Dan sepasang tubuh yang beradu, berkasih
Di bawah kejora malam abadi

Mereka tak perlu suguhan tembang cinta
Karena mereka telah menggubah: dengan sonata bah'gia dan sedawai desah
Mereka tak perlu teguk segelas madu
Karena mereka telah meramu: dengan pagut dan rayu

Dan. Suara serangga bernyanyi di luar sana
Mencoba meredam suara amuk hasrat sepasang anak manusia
Yang hanyut dibuai nuansa

Bulan tersenyum dan memandangi angkasa
Tuhan, telah kau ikatkan lagi benang asmara
Ujarnya sembari beredar sepanjang waktu
Sementara itu
Cerita masih mengalir
Entah di ujung mana menubir
Aku tak peduli. Dan takkan peduli

Wahai, Yang Bercinta...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San