Hikmah |
***
Sahabat Manyar, menurut Sahabat sekalian, untuk apa kita perlu puasa dan shalat tarawih di bulan Ramadhan? Pahala? Perintah Allah SWT.? Demi kesehatan? Memuliakan bulan yang mulia ini? Yap! Sejauh ini alasan-alasan itu bisa diterima. Ada lagi? Nah! Itu juga benar : meningkatkan solidaritas sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), solidaritas diartikan sebagai 'sifat atau perasaan solider, sifat satu rasa atau senasib dan sebagainya, atau perasaan setia kawan.' Agak mundur sedikit, solider diartikan sebagai 'bersifat mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu, seperti senasib, sehina, semalu, dan sebagainya atau semacam rasa setia kawan.' Lebih ke belakang lagi, solid berarti 'kuat, kukuh, berbobot, padat, atau berisi.' Kesimpulannya, solidaritas adalah sifat, perasaan atau (menurut saya) keadaan perasaan yang kuat, kokoh, penuh makna dalam diri manusia.
Kok banyak sekali pengertiannya? Tentu saja. Akar dari solidaritas adalah solid dan dalam pengertian solidaritas kita menemui istilah solider. Untuk memberikan pemahaman yang utuh, kita harus tahu semuanya. Supaya pemahaman kita tidak dangkal. Sudah mengerti?
Sekarang pengertian sosial. Sosial dalam KBBI diberi arti 'berkenaan dengan masyarakat atau suka memperhatikan kepentingan umum, seperti suka menolong, menderma, dan sebagainya.' Kalau digabungkan antara kata solidaritas dan sosial, maka arti solidaritas sosial adalah sifat, perasaan, atau keadaan perasaan yang sangat kuat dan bermakna dalam diri manusia untuk merasa atau menganggap keadaannya sama atau senasib dengan orang lain atau masyarakat. Itu konsep solidaritas sosial dari saya. Lalu, dimana sisi solidaritas puasa dan shalat tarawih? Come on and we talk about it.
***
Pertama, kita bedah dulu puasa. Kalau ibadah yang satu ini, saya yakin Sahabat Manyar sudah paham dimana letak solidaritas sosialnya. Secara umum, ibadah puasa mengharuskan kita untuk menahan diri dari makan, minum, dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat membatalkan bahkan mengurangi nilai puasa kita. Tujuannya? Khusus dengan tema kita saat ini, solidaritas sosial, tidak lain adalah mengajarkan kita tenggang rasa dan empati terhadap penderitaan kaum dhuafa dan "orang-orang yang tidak memiliki apa yang kita miliki." Selama sebelas bulan yang lalu, kita, orang-orang berpunya tercukupi dalam memenuhi kebutuhan harian kita. Makan? Tinggal buka rice cooker atau magic jar. Haus? Buka kulkas, ambil gelas. Khusus Sahabat Manyar yang sudah menikah, setiap kali merasakan 'kebutuhannya' bisa meminta kepada pasangannya setiap kali ada kesempatan. Sekarang, bayangkan orang-orang yang ada di sekitar kita : fakir miskin, yatim piatu, tuna wisma, sampai pada jejaka atau dedara yang tak bisa membangun sebuah keluarga karena kendala biaya. Harus kemana mereka menyalurkan kebutuhan mereka? Makan? Minum? Bercinta? Bukannya porno, ini realita. Harap memakluminya.
Siapa Bilang Puasa Hanya Untuk Lapar? |
- Mentang-mentang punya harta, memborong makanan berkeranjang-keranjang sementara seorang pengemis tua memohon sedekah Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) pun kita tak sudi memberinya.
- Mentang-mentang punya duit, seruput berbagai jenis minuman mahal di mall-mall tak pikir-pikir, sementara anak kecil terpaksa mengemocengi mobil kita di lampu merah kita tak peduli.
- Mentang-mentang punya kekasih jelita atau gantengnya nauzubillah, kita peluk cium di tempat umum. Tak sadar sekian langkah dari situ seorang pemuda, atau pemudi, merasa iri dan rendah diri karena tak seorangpun sudi menjadi kekasih mereka karena kemiskinannya.
- Mentang-mentang punya suami atau istri, gandengan tangan kesana-kemari. Tak menyadari beberapa meter dari sana seseorang mengelus hati karena tak kunjung menikah. Masih mengumpulkan biaya.
Untuk inilah kita puasa. Ya. Untuk inilah Allah SWT. memerintahkan kita puasa di bulan Ramadhan. Melatih solidaritas sosial, empati kita. Sayang sekali kalau kita masih beranggapan semua ini-puasa Ramadhan-hanya untuk menahan makan dan minum atau semata-mata hanya tanda taqwa. Padahal, ada sejuta makna yang terdalam dalam ibadah mulia kita ini.
Ada yang tidak setuju, Sahabat Manyar, dengan pandangan saya? Silahkan kirim komentar di bawah ya. Sekarang, kita bedah shalat tarawih.
***
Ada Barokah Dari Setiap Shalat Tarawih Kita |
Kehidupan di zaman globalisasi ini menuntut manusia untuk senantiasa kerja keras. Berangkat pagi, pulang malam. Urusan manusia yang semula begitu kompleks dipadatkan hanya menjadi dua : rumah dan tempat kerja. Tak ayal kebutuhan lingkungan sekitar kita sering terabaikan. Bahkan shalat berjamaah lima wakktu pun seakan tak sempat untuk melaksanakannya di masjid sekitar rumah. Benar, bukan?
Shalat tarawih sebagai shalat yang langka, yaitu shalat yang hanya ada di bulan Ramadhan, disediakan Allah SWT. untuk memperkuat tali silahturahmi antara diri kita dan tetangga-tetangga di sekitar kompleks tempat tinggal kita. Di hari-hari sebelum bulan Ramadhan, silahturahmi kita "hanya disediakan" dalam shalat Jum'at yang sifatnya wajib di dalam sebuah majlis Jum'at dalam sebuah masjid. Lalu, mengapa shalat tarawih bisa menjadi silahturahmi? Bukankah sifatnya sunnah? Seandainya seseorang tidak menjalankannya, maka usaha memperbaiki silahturahmi tidak akan tercapai, bukan? Kesimpulan yang benar, untuk sebagian.
Sudah baca artikel sebelumnya tentang alasan bulan Ramadhan berisi hari-hari yang mulia, bukan? Sebagai bulan mulia dengan hari-hari yang mulia, bulan Ramadhan mengajak kita untuk giat beribadah. Sebagai orang yang sadar, shalat tarawih adalah salah satu ibadah di bulan Ramadhan yang dapat memberikan kita pahala yang besar jika mengamalkannya. Dan sebagai orang yang sadar juga, selelah apapun kita sepulang kerja, kita tidak akan menyia-nyiakan peluang investasi pahala ini. Termasuk kita tidak akan meninggalkan shalat tarawih hanya dengan alasan lelah setelah beraktifitas seharian. Dan kita pun akan terdorong untuk pergi menunaikannya. Di sinilah sisi pendorong kemuliaan Ramadhan terhadap pelaksanaan berbagai ibadah di bulan Ramadhan.
Mungkin ada pertanyaan lain : jika bulan Ramadhan penuh dengan kemuliaan, dan setiap ibadah mendapat ganjaran pahala yang besar, bukankah shalat jama'ah pun mendapat ganjaran yang besar? Lalu, bukankah itu juga menjadikan seseorang giat berjama'ah dalam shalat lima waktu di masjid atau mushalla sekitar tempat tinggal kita? Benar. Masalahnya : sempatkah? Pertanyaan ini harus kita ajukan pada orang-orang yang terkungkung rutinitas akademik dan kerja. Mahasiswa, karyawan, direksi, buruh. Sempatkah mereka meluangkan waktu di tengah-tengah jebakan waktu kerja yang padat? Kalau mau idealis, seharusnya sempat. Realistis? Tak semudah itu. Shalat tarawihlah satu-satunya peluang yang paling memungkinkan untuk shalat berjama'ah di lingkungan tempat tinggal kita.
Sekarang masuk kajian solidaritas sosialnya. Dimana? Di bagian mana? Alhamdullilah sudah saya bahas dalam artikel Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Kedua (Habis) (Agar lebih paham, silahkan baca juga artikel : Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Pertama) bahwa dalam shalat ada beberapa keadaan atau sikap yang sifatnya esensial. Salah satu, SALAM.
Gerakan salam, mengucapkan do'a keselamatan dan memalingkan wajah ke sisi kanan dan kiri, adalah bentuk solidaritas sosial kita. Sebuah sikap mendo'akan kesejahteraan bagi orang-orang di sisi kanan dan sisi kiri kita. Di sini dalil aqli gerakan salam sekaligus alasan mengapa shalat berjama'ah bisa memberikan kita ganjaran kebaikan 27 derajat dibandingkan salah sendirian atau munfarid yang hanya satu derajat kebaikan. Menurut saya demikian.
Di luar gerakan shalat, sesuai adat dan kebiasaan masyarakat Timur, setiap kali pertemuan dengan orang yang kita kenal, khususnya, mendorong kita untuk menyapa bahkan menjabat tangan untuk bersalaman. Dalam menjalankan ibadah shalat tarawih, pertemuan dengan tetangga-tetangga di sekitar kita tak ayal akan terjadi. Saling bersalaman, saling sapa, saling senyum akan memperkuat tali persaudaraan di antara umat Islam. Ukhuwah Islamiyah akan semakin kokoh : poin paling utama dalam membangun solidaritas sosial.
Ada lagi? Apakah ada lagi alasan terbangunnya solidaritas sosial "hanya" dengan shalat tarawih? Ada. Hal ini sebagian besar dapat terjadi pada jama'ah tarawih yang melaksanakan ibadah tersebut dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan antara jama'ah satu dan jama'ah lain, baik perjalanan berangkat maupun sepulang menjalankan shalat tarawih, akan berbincang satu sama lain tentang berbagai hal. Di sinilah tali silahturahmi terjalin kembali. Untuk yang berkendara? Masih bisa. Contohnya? Seperti alinea di atas, kebiasaan menyapa menjadi adat dan kebiasaan masyarakat Timur. Selain itu, menawarkan tumpangan juga menjadi sarana efektif dalam meningkatkan hubungan persaudaraan dengan tetangga sekitar kita.
Sampai di sini apakah Sahabat Manyar punya pendapat berbeda? Silahkan di-share di kolom komentar ya bagi Sahabat Manyar yang memiliki pandangan lain seputar ibadah puasa Ramadhan dan shalat tarawih dihubungkan dengan solidaritas sosial. Berbagi ilmu itu sama dengan belajar dan belajar itu mendapat pahala juga lho?
***
Nah, bagaimana? Sudah puas dengan artikel kali ini? Semoga sedikit ulasan dari saya memberikan semangat bagi kita untuk melewati bulan Ramadhan tahun ini dengan penuh harapan dan kebaikan. Tulisan ini dan tulisan-tulisan lain dalam situs blog ini secara murni gagasan dan analisis saya pribadi. Mohon untuk rujukan ibadah lainnya bisa disandingkan dengan sumber-sumber lainnya untuk lebih memberikan validitas (tingkat kebenaran) yang terpercaya dengan dalil-dalil naqli yang sahih. Tujuan saya hanya mendorong kita semua untuk berpikir bebas dalam koridor keislaman. Jangan pernah terjebak pada ritual tanpa pemahaman akan esensi amal! Kita manusia, bukan zombi. Bulan Ramadhan diciptakan untuk mencerdaskan manusia, bukan membodohi kita dalam perdebatan ritualistik yang tidak perlu. Sepakat?
Sekian dulu pertemuan kita di Jum'at yang berkah ini. Semoga Allah SWT. memberikan kebaikan pada kita sampai berakhirnya Ramadhan nanti dan memberikan petunjuk dalam kehidupan kita semua dalam mengarungi dan menghabiskan usia kita di dunia yang semu ini. Aamiin.
Sumber Gambar :
*READ MORE PLEASE :
- Buat yang belum tahu artikel Jum'at minggu lalu, silahkan klik link berikut ini : Hari-Hari Yang Mulia - Jum'at Pertama Ramadhan 1434 H
- Silahkan cek label RAMADHAN untuk membaca artikel seputar bulan Ramadhan dan label ISLAM untuk artikel terkait seputar Islam. Selamat membaca! ^^
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: