Langsung ke konten utama

Pelabuhan Kelak

Persinggahan Terakhir Jejak Manyar
Kita Pasti Kan Kembali
Dan kita adalah perahu-perahu
Gelombang menggiring kita menjauh,
   Angin menyeret kita bergerak : Menuju pelabuhan kelak

Suara camar. Suara ilham yang menyadar
Apakah gulana?
Apakah derita?
Bukankah Ia milik kita?
Untuk apa nestapa?

Suara pagi. Suara asa menepi dan berapi
Apakah bah'gia?
Apa pula gelak bahana?
Bukankah kita milikNya?
Lenakah oleh dunia?

Suara senja. Suara perhentian kita
Batas sudah memapas
Langkah seteguk nafas
Rindu yang kita simpan berjuta depa
Kini merengkuh di depan mata :
   Ya Allah, terimalah kami di pangkuanMu
   Bukankah kami umatMu yang rapuh?
   Apalah daya tanpa rahmatMu....

Suara kata. Suara pujaan hikmah
Tak perlu mengeluh,
Tak perlu menyumpah
Perjalanan kita pasti berakhir jua
Bukankah di dermaga nanti
   Kau dan aku 'kan berjumpa lagi?
   Untuk apa meratap seperti bayi?
Tersenyumlah
Tersenyumlah
Allah di sampingMu bersama
Aamiin...

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World