Langsung ke konten utama

10%... Yap! Hanya 10%... ⊂◉‿◉つ

Sedekah 10% Dari Rezeki Kita Jejak Manyar
Berani Sedekah 10%?
SEDEKAH itu ternyata susah-susah mudah. Susah karena harus memikirkan bentuk atau besaran nominal sedekah kita, siapa yang pantas kita berikan sedekah, dan kapan waktu yang tepat untuk sedekah. Mudahnya? Tentu saja karena pilihannya banyak, yang otomatis membuat si orang yang akan bersedekah mengalami kesulitan. Persis saya sampaikan di awal. Hehehe... #Mbulet.com#

Di artikel sebelumnya yang berjudul Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Pertama, sudah saya jelaskan beberapa inspirasi yang saya dapat di hari Jum'at kemarin. Nah, tentang inspirasi pertama soal sedekah sebesar 10% dari rezeki yang kita dapat, saya mencium ada banyak kontroversi dan kesulitan untuk menerapkan. Selain nominalnya yang nanti akan relatif besar, pertimbangan pengeluaran tiba-tiba menjadi faktor penghambat upaya sedekah tersebut.

Tulisan saya kali ini akan memberikan beberapa alternatif menjalankan konsep sedekah 10% rezeki materi seperti yang saya singgung dalam tulisan tersebut. Lebih jauh, tulisan ini akan menjabarkan konsep dan pelaksanaannya sampai bentuk penyalurannya. Buat Sahabat Manyar yang penasaran, selamat membaca! (´⌣`ʃƪ)

I. KONSEP "Sedekah 10% Rezeki"
Walau bernama "Sedekah 10% Rezeki", pengertian 'rezeki' di sini dibatasi pada rezeki materi berupa uang, emas, saham, hasil panen, dan harta benda lainnya yang dapat diukur dengan uang. Tujuannya tidak lain untuk memudahkan penghitungan besaran sedekah dan menjauhkan kita dari kesulitan karena jika rezeki immateri, seperti kesehatan, kecerdasan, dan kerupawanan, dihitung sebagai rezeki, maka akan timbul berbagai perhitungan yang menyulitkan. Hal ini karena hal-hal tersebut sangat sulit diukur dengan nominal uang.

   Jika didefinisikan, "Sedekah 10% Rezeki" adalah sebuah bentuk sedekah dimana kita menyisihkan sebagian rezeki berupa harta benda (materi) yang kita terima dengan prosentase sebesar 10% dari keseluruhan total rezeki materi yang kita terima saat itu. Contoh, seorang anak kos bernama Zaki mendapat uang bulanan pada tanggal 1 Januari 2013 sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), maka dari uang bulanannya itu sebesar 10% atau Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dialokasikan untuk sedekah. Jika di kemudian hari, semisal tanggal 15 Januari 2013, Zaki mendapat rezeki berupa beasiswa tahap pertama sebesar Rp. 2.100.000,00 (dua juta seratus ribu rupiah), maka ia pun kembali menyisihkan 10% dari rezekinya itu untuk sedekah atau sebesar Rp. 210.000,00 (dua ratus sepuluh ribu rupiah). Jika sampai tanggal 31 Januari 2013 Zaki tidak lagi memperoleh rezeki berupa harta, maka di bulan Januari 2013 itu, Zaki "wajib" mengeluarkan sedekah sebesar Rp. 100.000,00+Rp. 210.000,00=Rp.310.000,00 (tiga ratus sepuluh ribu rupiah)

   Sekilas, nominal uang yang disedekahkan memang terlihat begitu besar, terutama untuk ukuran anak kos atau seseorang yang pendapatan bulanan < Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per bulan, untuk ukuran saat ini. Oleh karena itu, ada beberapa bentuk dan cara penyaluran sedekah agar tidak terkesan berat dan tidak memberatkan. Poin itu akan kita jelaskan di bagian selanjutnya. Yang terpenting, sudah paham kan konsep "Sedekah 10% Rezeki"? (•ˆ⌣ˆ​​​​•)

II. ALASAN PERLUNYA "Sedekah 10% Rezeki"
Bicara alasan, otak manusia dengan kecerdasan yang disediakan, mampu membuat 1.000 alasan untuk satu permasalahan yang muncul. Anak SD ketika lupa tidak mengerjakan PR yang diberikan gurunya akan berkata bahwa bukunya hilang atau tertinggal di kelas sehingga ia tidak sempat mengerjakan tugas rumah tersebut. Itu contoh negatif. Contoh positif, Bai Fang Li, seorang tukang becak renta di Cina mempunyai alasan mulia untuk bersedekah pada suatu panti asuhan agar anak yatim piatu tidak kelaparan [Cek link ini untuk membaca].

   Menurut saya pribadi, alasan kita perlu bersedekah 10% dari rezeki materi yang kita terima adalah sebagai berikut :
I. Tanda Syukur Kepada Allah SWT.
Allah SWT. memberikan rezeki kepada kita untuk memenuhi hajat kebutuhan hidup kita. Sedekah menjadi salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kita atas rezeki yang Allah SWT. berikan kepada kita. Logikanya sederhana. Kita berbahagia mendapat rezeki berupa harta. Untuk menunjukkan rasa syukur kita, kita bisa membahagiakan orang lain dengan rezeki yang kita dapat. Sedekahlah caranya. Mengapa 10%? Jawabannya sederhana, dengan uang Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) dibandingkan Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) lebih bermanfaat mana?
II. Kepentingan Sosial Dalam Rezeki
Seperti saya singgung dalam bagian pertama topik sebelumnya, rezeki yang Allah SWT. berikan pada kita mempunyai dua bentuk (bisa disebut fungsi atau tujuan atau kepentingan). Kedua bentuk tersebut adalah personal interesting atau kepentingan pribadi dan social interesting atau kepentingan sosial. Harta yang kita miliki selalu memiliki peran tersebut. Sedekah, di samping zakat dan infaq, adalah salah satu sarana untuk memenuhi peran rezeki materi dari Allah SWT. dalam kepentingan sosialnya. Ukuran 10% semata-mata untuk memantapkan jumlah sedekah agar kepada pihak yang menerima dapat merasakan manfaat lebihnya dan bagi pihak yang bersedekah tidak terlalu mengurangi alokasi anggaran untuk kepentingan pribadinya.
III. Investasi Dunia-Akhirat
Poin ini lebih relevan dengan ajaran sedekah Ustadz Yusuf Mansyur. Walau saya di satu sisi kurang sepakat dengan aspek imbalan yang ditonjolkan dalam dakwah sedekah beliau karena meletakkan niat sedekah pada aspek bisnis dengan Allah SWT. yang notabene bisa mengurangi tingkat keikhlasan seseorang dalam bersedekah, hal tersebut harus saya akui menjadi bagian tidak terpisahkan dari sedekah. Konsep 10% ditujukan untuk memberikan efek lipat ganda dan memperbesar nilai materiil sedekah kita, yaitu nilai yang dikaitkan dengan keseluruhan harta dan keadaan kita. Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) untuk pemulung pada umumnya sangat bernilai dibandingkan jutawan seperti Bob Sadino atau Aburizal Bakrie.
IV. Sarana Mengentas Kemiskinan
Anggap di Kota X terdiri dari 100 orang penduduk dengan jumlah penduduk berpendapatan per bulan > Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) sebanyak 20 orang, sisanya berada dalam kategori miskin. Hanya dengan menggunakan konsep "Sedekah 10% Rezeki", dalam satu bulan terkumpul harta sedekah sebesar 20x(10/100 x Rp. 2.000.000,00)=Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) atau senilai Rp. 48.000.000,00 (empat puluh delapan juta) per tahun. Dengan modal per bulan Rp. 4.000.000,00 dapat digunakan untuk membentuk usaha bersama yang dikelola dari oleh dan untuk 80 orang penduduk Kota X yang berpenghasilan rendah, semisal lembaga keuangan masyarakat berbasis syariah. Bagaimana dengan modal tahunan sebesar Rp. 48.000.000,00? Sudah tergambar manfaat sedekah dalam mengentas kemiskinan? Di sinilah peran 10% tampak dengan nyata dalam rangka meningkatkan cadanngan modal materi untuk pengentasan kemiskinan. \(^o^)/
V. Bentuk Riil Implementasi Ibadah Shalat
Ingat bahasan terakhir tentang gerakan salam dalam shalat? Baca lebih jauh artikel berjudul Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Kedua (Habis). Esensi gerakan salam berupa tengokan ke samping kanan dan kiri adalah wujud kontrol terhadap kondisi di masyarakat. Atau, sebuah bentuk perhatian atau sikap melihat keadaan yang ada di masyarakat tempat kita tinggal. Dalam wujud nyata, kita harus menyimak kondisi di lapangan apakah masyarakat dalam keadaan kekurangan atau kelebihan. Jika dalam keadaan berkekurangan, dibutuhkan upaya agar keadaan tersebut berubah menjadi lebih baik. Setidaknya dalam keadaan berkecukupan. Di sinilah sedekah berperan antara lain untuk menunjukkan aspek konkrit dari gerakan salam.
   Hal-hal di atas adalah lima di antara sekian banyak alasan mengapa kita perlu bersedekah, dan lebih khusus, mengapa "harus" bersedekah 10%. Lalu, bagaimana bentuk sedekahnya? Simak pembahasan berikutnya.

III. BENTUK "Sedekah 10% Rezeki"
Soal bentuk sedekah, saya tidak bisa men-judge harus berupa uang tunai atau benda tertentu. Yang jelas, ada beberapa ukuran yang harus kita pahami agar sedekah kita tepat sasaran. Pertama, siapa orang yang kita akan kita beri sedekah? Kedua, bagaimana keadaan ekonominya? Ketiga, apa pekerjaannya? Keempat, apa kebutuhannya? Kelima, bagaimana akhlaknya?

Sedekah Tidak Perlu Repot Jejak Manyar
Tidak Perlu Repot
   Pertanyaan pertama berkaitan dengan sosok orang yang akan kita sedekahi. Sudah tua atau masih muda? Sehat atau sakit? Cakap berpikir atau (maaf) terbelakang mental? Dan lain-lainnya yang menggambarkan kondisi fisik dan kejiwaannya. Pertanyaan kedua berkaitan dengan taraf ekonomi sosialnya. Tidak etis kita memberikan sedekah pada orang yang kurang mampu jika masih ada kaum dhuafa yang lebih kurang mampu lagi. Atau, orang yang mempunyai hutang menurut saya bisa diakhirkan jika ada kaum dhuafa yang kelaparan karena sehari atau bahkan beberapa hari belum sempat makan. Pertanyaan ketiga, hal ini menyangkut status orang yang akan kita berikan sedekah. Jika yang bersangkutan seorang yang menganggur atau mengemis, perlu dilihat apakah hal itu terjadi karena kemalasan atau keterbatasan modal usaha. Jika seseorang memiliki pekerjaan, namun tidak cukup memenuhi kebutuhan pokoknya, maka sedekah kita dapat menjadi sarana untuk memperkuat permodalan usaha yang bersangkutan.

   Pertanyaan keempat berkaitan dengan kebutuhan yang ditanggung atau hendak dipenuhi oleh orang yang akan kita berikan sedekah. Misal, seseorang terpaksa mengemis karena tidak punya modal untuk membuka usaha menjahit. Sedekah kita bisa berupa barang meliputi peralatan untuk menjahit. Atau, seseorang dhuafa menjual koran karena kebutuhan untuk membiayai anaknya yang sekolah. Sedekah kita bisa berupa uang tunai. Dari uang tersebut orang yang kita berikan sedekah dapat melunasi tunggakan uang sekolah anaknya. Pertanyaan kelima tentu saja berkaitan dengan aspek moral. Yakinkah kalian bahwa uang yang kalian sedekahkah pada tukang nge-drugs akan memberikan manfaat? (ˇ▼ˇ)-c<ˇ_ˇ) Alih-alih, kalian terseret dalam delik narkotika karena memberikan sarana kepada seseorang untuk mengonsumsi narkoba. Pastikan lebih dulu, setidaknya secara fisik (hal ini menjadi indikator minimal), bahwa yang bersangkutan berhak atas sedekah kita karena dari sisi moral adalah sosok yang ulet, jujur, punya keinginan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik, dan yang terpenting : beriman dan bertaqwa.

   Dari setiap jawaban atas kelima pertanyaan pokok di atas, barulah kita bisa memutuskan sedekah dalam bentuk apa yang terbaik : apakah uang tunai atau barang tertentu. Lalu, bagaimanakah kita menyalurkan 10% rezeki kita sebagai sedekah? Apakah sekaligus 10% dari rezeki harta benda yang kita dapat atau bisa dicicil asal genap menjadi 10% dari jatah sedekah kita? Simak bahasan terakhir di bawah ini.

IV. CARA "Sedekah 10% Rezeki"
Sampailah di akhir pembahasan. Setelah mengenal apa itu "Sedekah 10% Rezeki", alasan melakukan sedekah semacam itu, bentuk sedekah, maka masuklah kita pada kajian yang terakhir : bagaimana cara menyalurkan sedekah 10% dari rezeki yang kita peroleh? Jawabannya : Terserah! Yang jelas, ada dua cara umum yang bisa kita pilih : Grosir atau Eceran. ╮(^▽^)╭

   Bayangkan : Kita seorang karyawan P.T. X dengan gaji (termasuk tunjangan dan bonus serta pendapatan dari perusahaan dalam bentuk apapun) sebesar Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) per bulan. So, berdasarkan konsep kita, harta yang "harus" kita sedekahkah adalah sebesar Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan. Lalu, di jalan kita bertemu dengan seorang yang kecopetan dan ada seorang polisi di TKP untuk memeriksa keadaan (sengaja diilustrasikan seperti ini untuk menghindari asumsi adanya kemungkinan trik penipuan, dan sebagainya). Setelah ikut menyimak di TKP, kita tahu korban kehilangan, misal Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), uangnya dan Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) rencananya akan ia gunakan untuk membayar tunggakan uang rawat inap saudaranya di rumah sakit dan ia tak punya uang lagi untuk memenuhi tunggakan itu. Kira-kira, dari jatah sedekah kita bulan itu, saat peristiwa itu terjadi di depan mata kita, akan kita berikan berapa pada orang itu? Fokus pada jatah sedekah dari gaji bulanan saat itu. Seluruhnya? Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)? Atau, sebagian saja, semisal Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)?

   Sebaliknya, ada seorang pembantu tampak susah di pinggir jalan karena kehilangan uang majikannya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setelah berbelanja di pasar. Kasus ini mirip kisah Nabi Muhammad SAW. dan keajaiban 6 dirham. Kita masih karyawan P.T. X. Berapa yang kita sedekahkan untuk menolongnya? Anggap saja pembantu itu orang jujur dan gambarkan di pikiran kita dia sosok lugu dan polos. Berapa? Apakah Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), sesuai dengan uang majikannya yang hilang? Atau seluruh jatah sedekah bulanan kita?

   Nah, dua ilustrasi di atas menggambarkan cara yang bisa kita pakai untuk menyalurkan sedekah 10% dari rezeki harta benda yang kita terima. Jika kita memilih menyedekahkan secara sekaligus, berarti kita menggunakan mekanisme Grosir, sedangkan jika kita memilih menyedekahkannya secara terpisah pada pihak satu dan beberapa pihak lainnya, kita menggunakan mekanisme Eceran. Ini istilah saya. Terserah Sahabat Manyar akan mengartikan sebagai apa. ┐(´~`)┌

   Terakhir, lebih baik mana kita salurkan sedekah kita pada kaum dhuafa atau orang yang berhak secara langsung atau melalui lembaga zakat, infaq, dan sedekah? Jawabannya sama : Terserah. Simak lagi bagian Bentuk "Sedekah 10% Rezeki" pada setiap pertanyaan yang kita gunakan untuk mengukur bentuk sedekah yang paling tepat, terutama pertanyaan kelima. Jika kita merasa kesulitan untuk memberikan sedekah yang tepat, terutama kita ragu pada kualitas moral orang yang akan kita sedekahi, serahkan saja melalui lembaga zakat, infaq, dan sedekah. Merekalah yang akan menyalurkan sedekah kita. Tidak repot kan?
Sedekah Itu Mudah Tapi... Jejak Manyar
Dilema Sedekah -.-"
Bagaimana sudah clear dengan sedekah 10%? Intinya, jangan sampai sedekah memberatkan kita. Jika 10% dari rezeki yang kita terima cukup memberatkan, siapa yang melarang untuk menurunkannya? Bukakah sedekah berbeda dengan zakat yang bersifat baku? Sekedar tips, ada beberapa cara untuk membuat kita tidak merasa berat bersedekah sebesar 10% dari setiap rezeki materi yang Allah SWT. berikan pada kita. Apakah itu? Simak berikut ini!

  1. Sisihkan seketika 10% dari harta yang direzekikan Allah SWT. pada kita. Misal, kita mendapat angpo dari kakek nenek sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Sisihkan Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)! Syukur-syukur jika bisa dipecah dalam bentuk kecil, semisal Rp. 500,00 (lima ratus rupiah), Rp. 1.000,00 (seribu rupiah), atau Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).

  2. Pisahkan uang yang biasa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan dengan uang yang akan kita sedekahkan dan pastikan uang tersebut (yang akan kita sedekahkan) selalu kita bawa kemanapun berada (pergi).

  3. Setiap kali kita menemukan orang yang berhak kita berikan sedekah, serahkan beberapa dari uang 10% sedekah rezeki kita pada mereka. Demikian seterusnya sampai uang tersebut habis. Hal ini sukses terutama di tempat atau di kota-kota yang secara kuantitatif memiliki jumlah gelandangan atau pengemis cukup banyak. Tapi ingat : tidak semua pengemis berhak atas sedekah.

  4. Atau, pecah 10% sedekah rezeki kita ke dalam beberapa hari. Usahakan setiap hari kita menyalurkan sedekah tersebut kepada orang yang berhak. Jika kesulitan, masukkan saja pada kotak amal di masjid atau mushalla.

  5. Atau, langkah yang cukup ekstrim, simak berbagai tayangan televisi yang menampilkan orang-orang yang membutuhkan pembiayaan untuk pengobatan dan sebagainya. Salurkan sedekah kita melalui rekening yang tertera di layar kaca. Bisa juga kita mencari orang di sekitar kita yang benar-benar berhak untuk pengobatan atau kebutuhan lainnya yang sifatnya sangat urgen atau deadline (kecuali yang sifatnya maksiat, seperti hutang judi tanpa niat untuk taubat bagi si penjudi yang berhutang). Rasa iba secara kualitatif sangat mampu mendorong seseorang melakukan gerakan sosial. Antara lain, sedekah.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya dan Sahabat Manyar sekalian. Saya juga dalam tahap belajar konsep ini. Sedekah saya sebelumnya bersifat acak dan cenderung dalam jumlah yang sangat minim dalam setiap bulannya. Semoga artikel ini memberikan dorongan moral bagi kita untuk meningkatkan kepekaan sosial kita. Hidup di dunia HANYA SEKALI dan HANYA MENGHITUNG HARI. Akhirat AMATLAH PANJANG. Cukupkah amal kita sampai hari ini? Renungkanlah, Sahabat! Renungkanlah...

Finally, Selamat pagi! Selamat menikmati weekend yang indah! ٩◔‿◔۶

NB : Konsep "Sedekah 10% Rezeki" ini lahir dari gagasan saya sebagaimana saya terangkan dalam artikel berjudul "Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Pertama." Segala kemiripan konsep dengan tulisan atau gagasan pihak lain yang timbul sebelum dibuatnya tulisan ini dan tulisan terkait sebelumnya adalah ketidaksengajaan dan murni karena kehedak Allah SWT. atas kesamaan tersebut.
Untuk Sahabat Manyar yang belum sempat membaca artikel terkait sebelumnya, cek link di bawah ini. Insya Allah bermanfaat. ヾ(●⌒∇⌒●)ノ

  1. Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Pertama
  2. Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Kedua (Habis)

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World