Langsung ke konten utama

Menjelang Buka

Dilema Bulan Ramadhan
Potret Pilu
Seorang perempuan muda terduduk lesu
Gadis kecil di pangku
   dan bayi mungil yang terlelap sayu
   terkucil di tepian jalan dengan wajah layu
Maghrib sesaat kan menggema
Sementara itu :
   lapar meneguh di perut mereka
Sementara itu :
   lapar mengelus kesabaran mereka
Sementara itu :
   mereka terpenjara di kepapaan yang gulita
"Harus tak berbuka lagikah hari ini?"
   sembari mengenang sebungkus roti isi lima ratus rupiah
   pemberian pemilik warung tua
   persis di kala buka, kemarin lusa

Tak jauh dari sana
Sebuah meja bundar berhampar
Buah. Susu segar. Makanan bagai sepeleton pasukan
Suara tawa. Suara kufur menggema
Tak lama, adzan pun tiba
Raung kota bersegera melepas dahaga
Suara piring bersidesak
Suara garpu bagai hendak mengoyak
Satu per satu daging terkunyah
Sementara itu,
Dengarkan tangis si bocah gulana
Merintih minta makan pada ibunya
Dalam kekusutan senja yang ada

Ah...

Sumber Gambar : Fajarbaru, Kompasiana : Pengemis Jalanan : Berpura-pura atau Sungguh-Sungguh Miskin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World