Langsung ke konten utama

Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Kedua (Habis)

Lovely Day is Jum'at Jejak Manyar
Deal or Not? ^^
SUDAH baca artikel sebelumnya kan? Nah, seperti yang saya janjikan, let's talk again about our last discussion.

Sudah dua inspirasi saya share pada Sahabat Manyar sekalian. Siap dengan inspirasi terakhir yang saya dapat di hari Jum'at ini? Cekidot, Kawan... ^^
Kira-kira kenapa ya ada manusia yang malas shalat? Jujur, saya kadang masuk kategori ini. Ada rasa ogah untuk sekedar ibadah yang menguras waktu 5 menit hidup kita ini. Setelah shalat dhuha sebelum adzan pertama shalat Jum'at tadi, tercetuslah inspirasi KETIGA saya : Bagaimana jika shalat simbolisme kehidupan kita dan ada "roh" dalam shalat yang melambangkan kehidupan kita?

   Ada banyak tulisan memang yang membahas maksud gerakan-gerakan shalat sekaligus manfaatnya. Tapi, mungkin karena terlalu banyak jadi sedikit kurang perhatian beberapa keadaan atau gerakan atau sikap dalam shalat yang ternyata melambangkan kehidupan kita. Manusia sering frustasi dalam menjalani hidup karena kehilangan ritme hidup. Tidak yakin? Oke. Mari kita diskusi kecil.

   Pernah dengar perjalanan hidup Cat Steven a.k.a Yusuf Islam? Musisi yang beken dengan lagu Morning Has Broken ini mengalami disfungsi sosial ketika berada di puncak karir. Kenapa? Karena dia berada pada peak of life dari sisi sekularisme. Kaya sudah, tampan sudah, terkenal oke. Apalagi? Dalam keadaan bingung dan tenggelam dalam minuman keras untuk menguatkan dirinya jika dia, Cat Steven, adalah orang sukses dan akan selalu demikian. Dunia menjadikannya budak.

   Nah, dalam shalat, seperti saya singgung di awal bahwa dari niat sampai salam ada beberapa gerakan atau sikap dan keadaan yang secara fundamental memberikan orientasi kehidupan manusia atau untuk apa manusia itu hidup.

   Dari kelompok gerakan atau sikap. Menurut saya, dari sekian banyak gerakan atau sikap shalat, ada empat poin esensial yang melambangkan kehidupan manusia. Gerakan-gerakan dimaksud adalah TAKBIRATUL IHRAM, BERDIRI, SUJUD, dan SALAM. Bukan berarti lainnya tidak melambangkan sesuatu, tapi menurut saya inilah yang paling kental pesan simbolisnya. Pertama, takbiratul ihram atau takbir. Untuk apa kita takbir? Secara tersurat, jelas untuk mengagungkan nama Allah SWT. yang Maha Besar. Pertanyaannya, kenapa harus diagungkan? Jawabannya gampang : Karena di atas Cat Steven masih ada orang lain yang lebih mumpuni di bidang musik. Tapi, tidak demikian dengan Allah SWT. Gerakan takbir termasuk bacaannya menyadarkan kita : pertama, akal jauh lebih hebat daripada tangan karena saat takbir, kebanyakan ajaran dan tulisan mengenai tata cara mengangkat tangan saat takbir, telapak tangan diangkat tidak lebih dari kepala. Paling tinggi hanya sebatas telinga, kedua, membaca takbir (allahu akbar) menunjukkan pengakuan kita akan kebesaran kita dibandingkan Allah SWT., termasuk menyadari adanya kekuatan, kemampuan, kecerdasan, keahlian yang lebih besar dari apa yang kita miliki. Tentu saja ini menjadi obat penenang bagi kita yang dipaksa untuk selalu berkompetisi secara buta, termasuk menghalalkan segala cara.

   Berdiri tegak dalam shalat melambangkan sikap hidup kita dan keadaan kita selama hidup. Berdiri tegak dalam shalat mengajarkan kita untuk tegar menjalani hidup. Sosok manusia yang lemah dalam ujian kecil, tak tahan banting, mudah menyerah adalah orang yang tidak mengenali esensi berdiri tegak dalam shalat. Kalaupun tidak dapat berdiri, shalat memang bisa dilakukan dengan duduk atau berbaring. Lagi-lagi, bukankah itu menunjukkan shalat sebagai perjuangan yang tidak boleh ditinggalkan? Seseorang yang dengan mudah meninggalkan tantangan studi, tantangan kerja, dan berbagai bentuk tantangan positif lainnya menunjukkan kekurangpahamannya dengan maksud seorang muslim harus menjalankan shalat dengan berdiri.

Jangan Asal Shalat Ya Jejak Manyar
Hayati Setiap Gerakannya
   Sujud secara simbolis sering diartikan ketundukan kita pada Allah SWT. Makna lain yang saya tangkap, pertama ada kalanya manusia harus menggunakan hati dibandingkan akalnya. Bukankah posisi hati lebih tinggi daripada otak saat sujud? Ini terjadi ketika manusia berada dalam posisi dilematis. Maka, gunakanlah hati nurani. Kedua, sujud menggambarkan keadaan manusia yang bisa saja jatuh atau mengalami keburukan dibandingkan keadaan sebelumnya. Bandingkan antara berdiri dan sujud. Lebih tinggi mana? Manusia diajarkan untuk mempersiapkan diri suatu saat akan mengalami keadaan terjatuh. Manusia harus kembali bangkit dalam shalat ditunjukkan dengan duduk tasyahud atau memasuki rakaat berikutnya. Terakhir, gerakan salam melambangkan solidaritas kita pada orang-orang di sekitar kita. Setinggi dan selama apapun kita berdiri, sedalam apapun kita sujud dan bangkit, kita harus senantiasa memperhatikan orang-orang di sekitar kita? Tujuannya, agar kita tidak merasa tinggi hati melihat banyak orang berada di bawah taraf kekayaan, kepandaian, keahlian, kemampuan kita dan agar kita tidak menjadi rendah diri dalam posisi sebaliknya. Selain itu, gerakan salam memastikan kontrol sosial kita terhadap keadaan di sekitar kita apakah sudah nyaman atau belum bagi kehidupan masyarakat dimana kita hidup.

   Selanjutnya dari sisi keadaan, dua keadaan utama dalam shalat adalah NIAT, KHUSYUK, dan TERTIB. Niat melambangkan orientasi langkah kita. Tujuannya agar apa yang kita perbuat senantiasa sinergis. Manusia yang hidup tanpa niat kuat untuk hidup, maka usianya akan habis tanpa hal-hal yang bisa dibanggakan. Hemat kata, manusia tanpa niat hidup, maka kehidupannya hanya berkutat pada empat hal utama atau disebut konsep hidup 4T : TANGI-TEDHA-TELEK-TURU (Jawa : Bangun-Makan-Buang Kotoran-Tidur). Kalaupun ada TANDHANG (kerja, termasuk kuliah, belajar, dan sejenisnya) dan TAMU (silaturahmi), maka hal itu bersifat selingan dengan tidak berusaha menarik sisi positif atau manfaat.

   Khusyuk melambangkan keadaan tenang dalam menjalankan shalat dan fokus. Demikian hidup. Manusia harus tenang menjalani hari-harinya dan fokus pada tujuan hidup. Membaca Al-Fatihah, khusyuk. Sujud, khusyuk. Orang yang shalat terburu-buru seringkali tidak sadar dalam kehidupan sehari-hari ia pun terburu-buru. Atau, setidaknya ia dalam keadaan diburu. Entah hutang, entah waktu. Hal ini karena mereka tidak pernah merefleksikan keadaan shalat dalam realitas.

   Terakhir, tertib atau urut. Hal ini malah menjadi syarat sah shalat. Hidup harus tertib. Dari sisi perkembangan, bayangkan manusia hidup dari bayi lalu dewasa, kemudian remaja, tua, lalu mati. Atau, lebih gila lagi begitu lahir langsung tua, menjadi dewasa, menjelma remaja, kanak-kanak, dan akhirnya menjadi bayi. Logiskah? Demikian pula dalam hidup. Manusia dalam hidupnya harus senantiasa tertib. Bukan dalam arti formal, lebih pada esensinya. Contoh, saya sebagai manusia umur 20-an mulai terbayang beberapa hal. Status mahasiswa mewajibkan saya tetap pada studi saya. Di satu sisi, masa depan saya dihadapkan pada kewajiban mencari pekerjaan sebagai bekal nafkah dan perkawinan yang akan saya tempuh dengan kekasih saya. Bagaimana mekanisme pemrograman ketiganya agar dapat berjalan bersama-sama?

   Buat sebagian orang, secara mandiri, barangkali bisa menggabungkan studi-profesi-perkawinan dalam satu waktu secara bersama-sama dengan berbagai konsekuensi yang ada. Bagi saya, pertama saya selesaikan kewajiban saya sebagai mahasiswa dilanjutkan dengan usaha memperoleh atau menciptakan pekerjaan untuk kemudian "diakhiri" dengan perkawinan. Hal ini karena saya merasa kemampuan saya dapat maksimal dengan mekanisme seperti itu. Andaikata di balik, barangkali saya keok. Untuk yang menjalankan ketiganya bersama-sama pun tetap yang bersangkutan harus melakukannya secara tertib dalam artian terprogram hal apa yang akan dilakukan pertama kali, kedua, ketiga, dan seterusnya. Ingat : manusia hanya punya dua tangan dan dua kaki sekaligus dua mata dan telinga serta satu mulut dan otak. Itulah dalam shalat tidak diijinkan melakukan gerakan tidak tertata alias acak karena akan mengacaukan sinergi, harmoni, serasi, dan selarasnya shalat. Selain itu, makna shalat akan menjadi kabur ketika dilakukan dengan acak. Begitu juga dengan hidup.
Nah, itulah tiga inspirasi besar yang saya dapat di hari Jum'at yang barokah ini. Sekali lagi : Tulisan ini murni gagasan saya dan bukan sebagai DOKTRIN atau AJARAN atau CERAMAH keagamaan. Saya tidak memiliki kapasitas ilmu agama yang memadai sehingga apa yang paparkan dalam artikel ini sebatas analisis yang saya lakukan terhadap inspirasi yang Allah SWT. tanamkan dalam hati saya.

Semoga tulisan saya kali ini memberikan manfaat bagi kita semua untuk menyelami segala kegiatan dan perbuatan yang selama ini kita lakukan. Selain itu, mari kita hayati diri kita agar kita tidak asing terhadap diri kita sendiri. Mustahil manusia melihat Allah SWT. jika hakikat manusia sendiri tak bisa dikenali oleh dirinya sendiri. Absurd!

Ya Allah, ya Engkau Tuhan Kami...
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Engkaulah Sang Maha Kuasa...
Engkaulah yang memberkahi kami Jum'at yang rahmat
Tiada daya kami mengingkariMu, ya Allah...
Tiada daya kami mengabaikan kebesaranMu...
Semoga Engkau memperkaya hikmah dan hidayah bagi kami semua, ya Allah...
Aamiin...

NB : By the way, tadi sempat nyinggung soal kekasih saya ya? Hehehe... Buat yang ingin tahu siapakah dia, silahkan kunjungi situs di bawah ini! Do'akan ya supaya langgeng dan sukses membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah. Aamiin.
>>>Ken Mercedez : Tulisanku, Inspirasiku

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Baca Artikel Sebelumnya : Alhamdulillah, Jum'at yang Berkesan... ^^ - Bagian Pertama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World