Langsung ke konten utama

Penjara Ironi (Elegi Kaum Epigon)

Langkah manusia tertatih
Merunduk dalam sepi; tertunduk dalam perih
Ambisi selawas mimpi
Angan-angan? Terbuang di lorong dengki

Akhir Epigonisme Jejak Manyar
Akhir Epigonisme

Mereka melihat dengan mata
   sayang, tak bijak menarik hikmah
Mereka dengar dengan telinga
   sayang, tak peduli realita
Mereka meraba dengan jiwa
   dan sayang : mereka tak lagi punya jiwa!

Fajar menjadi gelora
Sinar langit jadi pertanda
Mereka, manusia-manusia gila, berhamburan ke udara
Mereka raih apa saja yang ingin diraih :
   batu. api. udara. debu. bahkan jejak kaki.
Bayang-bayang iri melesak bagai janji
Selalu. Selalu saja begitu
Setiap hari
Setiap waktu
Mereka tak pernah mau mengerti
Tak akan pernah mengerti

Kini. Tengoklah!
Di padang sesal berlaksa manusia merengek binal
Mereka menangisi tangan mereka yang hampa
Mereka meratapi kaki mereka yang sia
Mereka mengutuki usia tersisa
   "Apa ku dapat?"
   "Apa ku buat?"
   "Apa ku pahat?"
   dan segudang tanya tentang sejarah hidup mereka
Sayang. Tak ada yang menjawabnya

Langkah manusia tertatih
Merunduk dalam sepi; tertunduk dalam perih
Mereka bagai zombi
Merangkak di penghujung senja hari

Dan di cakrawala
Remang siluet itu datang lagi
   "Ah, mengapa kami harus meniru mereka?"
Bertanya terakhir kali
Di balik penjara ironi
Sebelum tersapu tsunami sedetik tadi

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San