Langsung ke konten utama

Kisah Inspirasi - Do'a Alif

Do'a Si Imut Alif Jejak Manyar
Ia Setia Pada Mereka Walau Mereka (Terkadang) Tak Setia Padanya
SUATU hari seorang ayah, sebut saja Noval, yang sehari-hari sangat sibuk-bahkan saat weekend-untuk akhir pekan kali ini ia bisa bernafas lega. Ia bisa merasakan hangatnya ranjang sampai cukup siang dan bermain dengan putra semata wayangnya yang begitu imut, Alif, 5 tahun.
Hari ini, sang istri Raras pergi ke luar kota untuk mengurus ijin proyek pembangunan pabrik baru. Alif sengaja tidak diajak dan Alif pun sengaja tidak minta diajak karena ia ingin bermain-main dengan ayahnya hari ini. Sungguh sebuah kesempatan langka bagi seorang Alif.
Sepanjang pagi hingga nyaris dhuhur, dua sosok lelaki ini asyik bermain bola di halaman belakang rumah mewah mereka di kota yang dingin ini. Alif tak berhenti terkikik dan terbahak sesekali melihat tingkah lucu ayahnya ketika pura-pura terjatuh menangkap bola yang ditendangnya.
Ketika dhuhur datang, mereka berdua duduk di teras belakang setelah sholat sambil berbincang entah tentang apa saja. Tiba-tiba...
"Pa, kenapa sih Papa sama Mama harus kerja?" tanya Alif tiba-tiba dengan wajah sok serius. Noval tertawa melihat mimik Alif.
"Supaya Papa sama Mama bisa beliin Alif mainan, beli jajan buat Alif, biar Alif bisa makan, bisa sekolah," jawab Papa simpel. Ia tak mungkin harus mengatakan 'supaya Alif bahagia dan tidak menderita, bisa kuliah ke Oxford University, bisa liburan ke luar negeri' walau untuk hal terakhir sungguh mustahil diwujudkan.
"Memang harus kerja setiap hari ya Pa?" tanya Alif. Noval mulai sadar kenapa dan kemana pembicaraan ini. Ia ambil mudah saja.
"Iya, Alif. Kalau memang hari itu Papa sama Mama harus kerja, gimana lagi? Kalau nggak gitu, Alif nggak bisa beli mainan nanti," ujar Noval. Alif pasang ekspresi berpikir. Noval jelas tertawa terbahak sambil memeluk dan mencium pipi tembem lelaki kecil itu. Alif tertawa lalu berpikir lagi.
Dan tak ada pembicaraan setelahnya.
***
Ketika asyik melihat lomba MotoGP di televisi, Alif begitu "menjiwai" adegan salip-menyalip dalam acara tersebut. Mulutnya tak berhenti meniru suara deru mesin ratusan cc itu. Noval hanya tersenyum sambil memeriksa dokumen kantor yang harus ditandatanganinya besok.
"Papa, orang kerja itu capek nggak sih, Pa? Nguuung... Nguuuuuung..." tanya Alif sambil tak henti meniru tingkah polah pembalap kawakan di layar kaca. Noval kembali tersenyum.
"Iya capek, Alif. Alif kalau main capek nggak?" tanya Noval. Sejenak Alif tak menjawab. Asyik menjiwai perannya.
"Capek, Pa. Tapi, enak mana Pak, main apa kerja? Nguuuung... Iiiiit!" tanya Alif lagi. Noval tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
"Enak main," ujarnya lalu mendekat dan memeluk Alif dari belakang sambil mengangkatnya ke udara. Alif tertawa girang.
"Hahahaha... Papa..." ujar Alif.
"Enak main sama Alif," lanjut Noval.
"Terus gimana rasanya kerja itu, Pa?" tanya Alif. Sambil menggendong Alif ke teras depan sambil menanti Raras, Noval pun bercerita panjang lebar.
"Kerja itu capek, Alif. Kamu nanti harus baca banyak buku," ujar Noval untuk 'menggambarkan' dokumen-dokumen kantor, "terus nulis-nulis, hitung-hitungan seperti matematika. Alif juga nanti harus ke luar kota yang jauuuuuh untuk cari teman yang mau kerja sama Alif. Begitu terus selama Alif kerja," ujar Noval.
"Terus kenapa Papa nggak cari kerja yang lain?" tanya Alif.
"Cari kerja itu susah, Alif. Yang penting Alif bisa sekolah, bisa makan, bisa punya baju, bisa beli mainan, Papa sama Mama rela capek kerja cuma buat Alif," ujar Noval.
Alif diam. Dengan lemah ia peluk leher Noval. Ia pun terlena dalam buaian sang papa hingga tak sadar kantuk menyerangnya.
***
Noval membaringkan Alif ke kamarnya. Dengan perlahan ia selimutkan ke tubuh Alif hingga menutupi tubuhnya sebahu.
"Met bobok, Alif," ujar Noval lembut sambil mencium kening putra kesayangannya itu. "Makasih sudah ngajak main Papa hari ini," ujar Noval lagi sambil berjalan keluar.
Noval berusaha pelan menutup pintu kamar Alif. Tak lama pintu ditutup, terdengar suara Alif perlahan melamat :

"Ya, Allah... Kasih Papa sama Mama kesenangan Ya Allah seperti Papa sama Mama bikin Alif senang. Hilangkan capek Papa sama Mama ya Allah... Maafkan Alif sudah bikin mereka capek kerja setiap hari hanya untuk Alif. Alif nggak akan marah ya Allah kalau Papa sama Mama tidak bisa main lagi sama Alif biar Papa sama Mama nggak tambah capek habis kerja ya Allah.
Ya Allah, maafkan Alif belum bisa ngasih hadiah buat Papa sama Mama. Semoga do'a Alif ini bisa bikin Papa sama Mama bahagia dan tidak capek lagi ya Allah karena harus kerja setiap hari.
Ya Allah, Alif percaya Allah dengerin do'a Alif. Kabulkanlah do'a Alif ya Allah. Aamiin..." tutup do'a si Alif lalu kembali ke alam mimpi.

Noval terdiam di muka pintu. Matanya berkaca. Ya Allah, untuk apa sebenarnya kerja keras ini?

Sumber Gambar : Loket362 dengan modifikasi Jejak-Jejak Manyar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San