Legenda |
Saya kenal lagu ini pertama kali sekitar tahun 2010 dari sebuah program yang disiarkan radio KDS 8 Malang yang lokasinya ada di Jalan Raya Langsep Barat, Kota Malang#Saya nggak setuju sama nama jalannya. Masa jalan "imut" begitu dibilang raya?? ⎝↯⎵↯⎠# Kalo nggak salah nama programnya NADA NOSTALGIA INDONESIA. Persis mengudara jam 10 malam. Sekarang sih saya lama nggak stay tuned karena radio di kosan ngadat dan nggak bersahabat buat ngedengerin program kesayangan nomor dua itu setelah program lagu jadul mancanegara jam 9-nya... Apes... v(ಥ ̯ ಥ)v
***
Sejak dengar pertama kali itu saya browsing mati-matian di Internet. Nihil karena nggak ada satu website pun yang nyimpen lirik lagu easy listening ini. Dan, seperti Rites of Passage-nya Yanni kemaren, saya dapet lagu ini nggak sengaja. Asal download lagu-lagu SAS dan dapatlah lagu ini. Pintaku...Ternyata, setelah ditelusuri pelan-pelan, ketangkep makna utuh dari lagu ini. Begini :
Sang pria #soalnya yang nyanyi SAS. Masa iya saya bilang "sang wanita"?! ⇎_⇎# ngajak kekasihnya untuk mengamati suasana sederhana yang ada di desa atau kampung atau udik atau apalah namanya. Di sana penuh dengan kealamian dan kebersahajaan. Si pria, di bagian reffrent, ngingetin kalo yang namanya bahagia itu bukan soal keduniawian, tapi kedamaian. Dan sebagai penutup, si pria ngasih penegasan : Dengerin suara hatiku. Yang aku mau dari kamu hanya satu : kasih sayang! Mantap kan?
Ini yang bikin saya penasaran pertama kali denger lagu SAS karena tema lingkungan, humanis, dan cinta nyampur jadi satu. "Tebakan" saya tentang makna lagu ini saya dasarkan pada setiap bait, kecuali reffrent, yang selalu menyebutkan "Dengar Kasih..." Kata-kata itu menyuratkan si pembawa meminta kekasihnya atau jika diperluas adalah fans atau pendengar dan jika diperluas lagi adalah semua orang yang ada di dunia untuk mencermati kesederhanaan yang ada dan mengembalikan arti bahagia bukan secara materi melainkan substansi kebahagiaan itu sendiri : Kedamaian. Coba pikir : Adakah kebahagiaan itu tanpa kedamaian?
Kita lihat "sampah" di sekitar kita! Kaya-raya, direktur perusahaan, rumah mewah, tapi anak cucunya naujubillah kelakuannya. Kaya-raya, aset milyaran, orang terpandang, eh kena korupsi. Ada lagi yang jadi presiden tapi ciut kena skak nggak bisa maju and nggak bisa mundur gara-gara kesandera banyak isu di parpolnya#Jangan-jangan dia kena juga!ಠ╭╮ಠ#. Mereka adalah orang-orang dengan keleluasaan harta dan tahta. Tapi, mengapa tak ada kebahagiaan itu? Jawabannya, Karena mereka tidak memiliki kedamaian dalam hidup mereka.
Orang bahagia tidak pernah memiliki ketakutan. Dan orang yang memiliki ketakutan selamanya tidak akan pernah bahagia sebelum ia berhasil mengalahkan ketakutannya itu. Karena itu : Jangan fokuskan umur kita untuk menggenggam dunia. Pikirkanlah bagaimana kita bisa bahagia dengan dunia yang kita punya. Seperti burung gereja. Andai kata ia mengukur kebahagiaannya dengan mengimpikan diri menjadi elang, niscaya ia takkan pernah keluar dari sarangnya setiap hari. Begitu pun kita. Jika kebahagiaan diukur dengan harta dan kuasa, haruskah anak-anak jalan di luar sana menyesali takdir mereka sebagai "anak buangan"?
Dan itu keputusan Sahabat mau menjadikan kebahagiaan itu selamanya atau hanya sementara. Menjadikan kebahagiaan itu sungguh atau semu. Dan kebahagiaan yang semu bukan kebahagiaan yang dibangun di atas pondasi kedamaian. Tidak akan pernah bisa!
Sementara Sahabat asyik memilih mau bahagia yang sejati atau kebahagiaan nisbi #Hahahaha,,, (〃^∇^)ノ#, saya kasih lirik lagu utuh dari SAS. Pintaku. Selamat membaca... *(◠‿◠)*
SAS - Pintaku
Dengar Kasih suara burung berkicau
Merdu dan mengalun memikat sukma
Burung naik dan meninggi
Dihempus angin... nan merayu
Dengar Kasih suara air mengalir
Gemericik alun merasuk jiwa
Tenteram damai kehidupan di desa
Pemandangannnya...
Betapa teduh perasaan
Betapa tenteram sanubari
Hidup bahagia bukan emas...
Bukan harta...
Bukan tahta...
Melainkan... Kedamaian...
Dengar Kasih suara sanubariku
Penuh dengan getar asmara cinta
Bukan bukit berlian yang ku damba
Pintaku hanya kasih sayang...
Interlude
Betapa teduh perasaan
Betapa tenteram sanubari
Hidup bahagia bukan emas...
Bukan harta...
Bukan tahta...
Melainkan... Kedamaian...
Dengar Kasih suara sanubariku
Penuh dengan getar asmara cinta
Bukan bukit berlian yang ku damba
Pintaku hanya kasih sayang...
***
Finally, saya harus tutup artikel ini. Semoga sedikit dari saya memberikan sedikit inspirasi bagi Sahabat yang lagi galau menentukan kebahagiaan Sahabat, terutama soal masa depan. Sebelum saya gembok #Emang pager digembok??!! ̿ ̿̿'̿'\̵͇̿̿\=(•̪●)=/̵͇̿̿/'̿̿ ̿ ̿ ̿#, sudah saya siapin link audio buat Sahabat yang pengen tahu lagu SAS yang satu ini kayak apa. INGET : Jangan diperjual-belikan dan jangan dikomersilkan dalam bentuk apapun tanpa seijin dari pemegang hak cipta!>>> 4Shared MP3 Version : SAS - Pintaku
Sekian dari Sang Manyar! Semoga sukses menemukan kebahagiaan kalian!
Sumber Gambar : Musikku345 : SAS Album Pop & Rock Indonesia I
Kalau tidak keliru,,, Pertama kali saya melihat lagu ini tahun 1978 di TVRi saat kelas V SD. Tak terasa sudah 37 tahun syair lagu ini membimbing saya. Memang benar tiada "ketakutan" yang ada hanya kedamaian, adem ayem,,,
BalasHapusIya Mbak. Lagunya tidak terlalu rumit, tata musiknya sederhana tapi mengena. Saya baru sekitar 5-7 tahun lalu pertama kali dengar lagu ini. Maklum generasi 90 jadi ndak begitu tahu lagu bagus era 70-80an. :D
Hapus