Dikepung Teror |
Senjata tertawa
Darah menjamah
Api menari
Gentar menampar
Apa ini?
***
Aku mendengar nafasmu
Deras menggebu
Seperti takut pada sesuatu
Bukan pada ekstrimis Solo
Atau kaum gerilyawan yang bodo-bodo
Ku coba dekatkan telingaku
Persis di dadamu
Ku coba dekatkan hatiku
Persis di pintu jiwamu
Dan aku bisu...
***
Suara menggema
Teriakan mengerikan
Tangis gerimis
Kenapa disana diam saja?
Apa ini?
***
Dan ku dengar lagi nafasmu
Kali ini satu-satu
Satu-satu
Satu... satu...
Satu..
Sa
tu
Lalu
Hening menjambakku
Ku lihat simbahan nanah melumurimu
Telah gugur satu anak bangsa
Dalam karbala tanah nusantara
Telah pergi cahaya esok
Ditelan elegi ranah memborok
Aku termangu di gunduk kuburmu
Beberapa proyektil peluru musuh
Menghiasi nisan abu-abu
Ia bukan letusan dendam anak cucu sang makar
Dan ia bukan pula kecamuk kobar
Dari pertikaian agama yang songar
Ia adalah jejak pengkhianat
Bermuka pantat dan berlaku penjilat
Yang bersembunyi di balik hukum yang pucat
Ketika sajakku mengumpat dan mencuat
Ramai-ramai mereka buang wajah
Dan berlagak paling setia
Sementara itu
Setiap hari,
Setiap jam kami berdiri,
Setiap menit kami menanti,
Setiap detik kami bermimpi,
Teror-teror itu selalu menggedor
Merobohkan keyakinan kami
Dan menyulap harapan menjadi kengerian
Di titik nadir
Dalam tangisan yang mengalir
Anak-anak kami menggugat :
Manusia berompi,
Mengapa kau tak tangkas lagi?
Sembari menunjuk segerombolan penjahat ya berebut kencingi Selat Sunda
Dan. Sepilah koran-koran
Bingung teror apalagi yang harus dibicarakan...
***
Tilas cadas
Hening geming
Masa depan khayalan
Jalanan menjadi kuburan
Terormu kelabu...
Sumber Gambar : MataNew.com - Korban Teror
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: