(Ketika Persahabatan Menguji Sisi Nurani Kita)
![]() |
Di Suatu Persimpangan |
Merangkak. Menyusuri lautan onak. Suara-suara begitu nyaring berteriak.
Aku. Kamu. Berjalan dalam cita yang berbeda.
Aku kemari. Kamu kesana.
Aku menjalani darma. Kau berkejaran dengan dunia.
Akal dan tujuan menuntun kita menuju kiblat yang tak sama.
Suatu hari. Tuhan. Atau apalah Kau menyebutNya.
Tanpa disangka Ia pertemukan Kita di sudut jalan. Di persimpangan. Di antara bimbang dan keraguan.
Kita lalu sempat bercerita. Tentang rantau. Tentang tanah asing yang memancing galau.
Tentang tatapan miring dimana hati kontan terbanting. Berpusing. Dan bising.
Kita bercerita: Kita berada di arena yang sama
dengan sisi ring yang berbeda.
Ada kerisauan ketika suara Langit memintaKu mencabut pedang dan menghunus mulutMu dengan tegas. Ada keresahan ketika Matahari menunjukkan sinarNya untuk membakarMu dengan pidana dan sejuta nelangsa. Ada kegelisahan ku rasa.
Maka. Aku berlarian di padang sunyi.
Maka. Aku mendayung di hilir yang kekar dan cemar.
Maka. Aku bertanya kepada semua:
"Haruskah Ku habisi kawanKu sendiri?"
Maka. Aku kembali menyusuri misteri.
Maka. Aku terjebak nurani.
Maka....
Aku mengalah. Dan kalah.
Kugadaikan kelelakian demi sebuah persahabatan.
Dan. Musnah sudah Cahaya Tuhan di Ingatan.
TitianKu rapuh dan mati.
Ketika Kau dengan tenang menjejaki Bumi.
Dan Ku dengar selaksa kutuk dan maki.
Hujan mengguyuri telinga dan hati.
JalanKu pudar dan remang.
Aku terpapas dalam kabut.
Terjepit di antara tumpukan sesal dan kalut.
Ketika Aku berpikir tentang Jalan Kembali.
Kontan, Angin meniup di telingaKu:
"Maaf. Yang hilang takkan pernah kembali."
Maka. Aku lunglai.
Terperosok di curam ngarai. Masai...
Sumber Foto: Sejambak Mawar
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: