Langsung ke konten utama

Gugusan Rindu

Takkan Mampu Kau Halau Rindu
Mengenali lekuk rindu
Warna. Aroma
Dan sosok yang kini menggugus
Tak terumus

Ada sekeping asa
Melayang di puncak damba:
"Apa itu? tanyamu ku jawab gelengan bisu
Kau tahu apa itu

Lalu
Seuntai tembang mengalun membayu
Mencabik sepi
Menikamkan benih di ceruk-ceruk hati
Kau kembali bertanya: "Apakah itu?"
Dan masih: ku jawab dengan geleng dan bisu

Kau sudah tahu...
***
Sepayung sajak melagu
Mendarat di jalan setapak
Yang kering. Yang gersang dihajar terik tadi siang

Ia lalu turun
Anggun
Memijak kerontang rerumputan ilalang

Lalu
Kau bertanya: "Apakah itu?"
Dan ku jawab dengan lugu: "Kau tahu itu"
***
Maka
Kau pun termangu sendiri
Memandangi lengkung lembayung senja
Menikmati pesona nan rasa tak beriba

Maka
Kau pun lantas merunduk
Menerka isi bentuk
Gejolak. Gemolak di sudut kalbu

Dan. Maka
Kau teringat pertanyaanmu tadi
Dan. Sekali lagi: maka
Kau tahu apa jawabnya itu

Rindu...


Kita takkan merdeka dari 'kutukan' itu...

Sumber Foto: Catatan Indah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San