Langsung ke konten utama

Cemara & Ilalang

Damai Meski Berbeda
Kau cemara. Aku ilalang
Kau gemulai menyongsong fajar. Aku tersenyum menjaring sinar
Kau sipu kepada awang. Aku malu kepada ruang
Kau diam di tepi malam. Aku beku di pintu degam

Kau cemara. Aku ilalang
Kau menjulang. Di bumi tubuhku membentang
Kau gemuruh. Aku teduh
Kau biru. Aku membisu
Kau bicara. Aku juga
Dalam bahasa do'a

Ketika burung-burung pulang ke sarang
Kau cemara. Aku ilalang
Burung manyar singgah di dahanmu. Membawa setangkai bagian tubuhku
Di cabangmu sarangnya sembunyi. Di situ pula tubuhku menyelubungi

Maka. Ketika sejuta manusia berdebat soal besar dan kecil
Atau si necis dan yang dekil
Lalu mereka pun berlomba untuk membudaki saudaranya
Tepat di bawah tumit mereka
Kau cemara. Aku ilalang. Kita bertanya:
Bagaimana bisa?
***
Raut senja menyumba
Kau cemara. Aku ilalang
Di pintu malam kita berdendang
Tentang damai yang tenang...


Sumber Foto: Trip Advisor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World