![]() |
Damba |
Menunggu
Menunggu kapan saat itu
Ia hitung. Sungguh. Ia sudah menghitung
Lembaran uang di tangannya hampir genap
Dan ia hanya perlu menunggu
Sekali lagi, menunggu
Maka: genaplah lembaran uang itu
Ayah. Betapa sosok yang ia damba
Tegar hati kecilnya berkata:
"Ayah menyayangi aku"
Atau
"Ayah merinduiku"
Setiap kali dingin mencibir
Dan kegelapan malam bertubir
Ia berteriak dalam hati: "Ayah mencintaiku"
Kepada sepi...
Kini. Ia hanya perlu menunggu
Setelah itu, semuanya akan tahu:
Kamar tidurnya yang hampa. Bantal guling berwarna
Hingga sepatu yang menghina kesendiriannya
Semua akan tahu:
Ia akan bercanda dengan Ayahnya. Sebentar lagi!
Deru mobil merayap di pelataran
Senyumnya kembang. Bagai bulan pecah di malam panjang
Ia mengintip dari jendela
Menunggu hadir sang Ayah tercinta
Dan menyambutnya dengan pelukan cinta
Ketika sepasang mata mungilnya bersitumbuk dengan mata sang Ayah
Ia berkata:
"Ayahku sayangku,
Boleh ku meminjam uangmu?"
Sayang. Lelaki itu teramat letih
Ia teramat lelah untuk mengerti
Keluguan si bocah rindu
Terantuk dingin hati yang beku
Maka. Tak ada lembaran penggenap
Tak ada recehan koin yang menenteramkan hatinya yang gegap
Mendadak. Ya. Mendadak
Hardik Ayah membuyarkan cita
Si bocah rindu menangis pulang ke sarang
Beralas bantal
Ia pandangi dinding yang tersenyum binal
"Puaskah kau?" tanya si bocah
Seisi kamar tertawa
***
Merayap di kesunyian malam
Ayah, dengan hati sesal, merangkak menuju kamar anaknya
Ia pandangi sosok manusia terbujur dalam nyenyak
Di atas meja, bertumpukan anak tangga, ceceran lembaran uang.
Dan secarik kertas
Tuhan, ku mohon
pinjamkan aku uang dari Ayahku, Tuhan
Uangku tak cukup
Untuk membeli seharian menit waktunya bagiku
Maka, Tuhan
Aku hanya ingin
30 menit saja waktunya bagiku
Dan kuserahkan uang sakuku minggu ini
Sebagai tebusan hutang uang Ayahku
Yang ku pinjam
Untuk menggaji 30 menitnya bagiku
Tuhan,
Kabulkanlah do'aku
Amin
Dan.
Lelaki itu berdiri diam
Tegap. Senyap
Dengan air mata merayap
Maafkan Ayah, Anakku
Batinnya bersama kesunyian ruang dan waktu
Terinspirasi dari Qu Kangen Ayah
Sumber Foto: Shohibul 223
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: