Langsung ke konten utama

TitianKu Rapuh & Mati

(Ketika Persahabatan Menguji Sisi Nurani Kita)

Di Suatu Persimpangan

Merangkak. Menyusuri lautan onak. Suara-suara begitu nyaring berteriak.
Aku. Kamu. Berjalan dalam cita yang berbeda.
Aku kemari. Kamu kesana.
Aku menjalani darma. Kau berkejaran dengan dunia.
Akal dan tujuan menuntun kita menuju kiblat yang tak sama.


Suatu hari. Tuhan. Atau apalah Kau menyebutNya.
Tanpa disangka Ia pertemukan Kita di sudut jalan. Di persimpangan. Di antara bimbang dan keraguan.
Kita lalu sempat bercerita. Tentang rantau. Tentang tanah asing yang memancing galau.
Tentang tatapan miring dimana hati kontan terbanting. Berpusing. Dan bising.

Kita bercerita: Kita berada di arena yang sama
dengan sisi ring yang berbeda.
Ada kerisauan ketika suara Langit memintaKu mencabut pedang dan menghunus mulutMu dengan tegas. Ada keresahan ketika Matahari menunjukkan sinarNya untuk membakarMu dengan pidana dan sejuta nelangsa. Ada kegelisahan ku rasa.

Maka. Aku berlarian di padang sunyi.
Maka. Aku mendayung di hilir yang kekar dan cemar.
Maka. Aku bertanya kepada semua:
"Haruskah Ku habisi kawanKu sendiri?"

Maka. Aku kembali menyusuri misteri.
Maka. Aku terjebak nurani.
Maka....
Aku mengalah. Dan kalah.
Kugadaikan kelelakian demi sebuah persahabatan.
Dan. Musnah sudah Cahaya Tuhan di Ingatan.

TitianKu rapuh dan mati.
Ketika Kau dengan tenang menjejaki Bumi.
Dan Ku dengar selaksa kutuk dan maki.
Hujan mengguyuri telinga dan hati.

JalanKu pudar dan remang.
Aku terpapas dalam kabut.
Terjepit di antara tumpukan sesal dan kalut.
Ketika Aku berpikir tentang Jalan Kembali.
Kontan, Angin meniup di telingaKu:
"Maaf. Yang hilang takkan pernah kembali."
Maka. Aku lunglai.
Terperosok di curam ngarai. Masai...

Sumber Foto: Sejambak Mawar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San