Langsung ke konten utama

Selepas Hujan

Selepas Hujan Jejak Manyar
Masihkah Harus Berharap?
(Ratapan Lelaki Sisa-Sisa)

Matahari telah lenyap
Bulan senyap
Gelap :
   Tiada cahaya
Aku tertatih di jalanan basah
Selepas hujan yang marah...

Aku tak mengenalimu:
   Wahai, Hatiku yang Bisu
Aku bagai sekoci sunyi
Di ombang gelombang
Di ambing tak terbimbing

Aku tak mengenalimu:
   Wahai, Langkahku yang Rapuh
Aku tersudut dalam kuyu
Tertindas dalam simpuh
Terlindas dalam keluh

Dan aku lebih tak mengenalimu:
   Wahai, Suaraku yang Dungu
Kemana lantangmu ketika aku jatuh?
Dimana tegarmu ketika aku luluh?
Bayang semukah dirimu?

Dan, benar!
Matahari memang terlanjur buyar
Sinar-sinar dilahap mendung
Lalu hujan merapat, merundung
Aku. Mereka
Dan sejuta orang tak ber-asa
Putus senyum sekian warsa

Hujan akhirnya datang lagi
Sayang. Hati kami masih tak sembuh lagi
Tak 'kan pernah terjadi...

Sumber Gambar : Ulfia Rahmi's Weblog - Hujan dengan modifikasi Sang Manyar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World