Langsung ke konten utama

Maulid Nabi Muhammad: Dapet Apa Sih?

Islam Agamaku
Eiiiits!
Jangan keburu tersinggung dulu, Sob! ^_^
Judulnya mungkin sedikit "ngelamak" tapi isinya dong baca dulu. Insya Allah tambah ngelamak. Hahahaha...

Oke. Sebelum kembali lanjut baca nih, saya mau tanya: Sudah berapa lama hidup dari dalam rahim sampe sekarang? 15 tahun? 20 tahun? 50 tahun? Atau... 100 tahun? Hehehe... Pertanyaan kedua (dikhususkan buat yang beragama Islam nih): Sudah berapa kali ngelewatin bulan Rabiul Awal? Berapa kali ketemu dengan yang namanya Maulid Nabi Muhammad SAW? Tentu sepanjang umur kita sekarang kan? Nah. Ini nih yang paling penting: Dapat apa sih sampe sekarang?

Masih bingung dengan pertanyaan di atas? Oke. Mari kita bahas bagian demi bagian. Siap? :D


PERTAMA. Semua orang pada paham kok kalau Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin. Agama yang rahmat bagi sekalian alam. Islam=Agama Damai. Islam agama kasih sayang. Islam agama yang penuh toleransi dalam kaidah sosial dan interaksi kemasyarakatan. Tapi, sudahkah kita mencerminkan itu?

Banyak banget ormas-ormas dengan topeng Islam bikin aksi seolah-olah amar makruf nahi mungkar. Bukannya itu amar mungkar nahi makruf? Ngancurin rumah makan gara-gara buka di siang bolong? Ngegeledah diskotik, bar, caffe. Tapi, belum pernah saya dengar ada ormas yang berani ngegeledah apalagi ngancurin salah satu ruangan di Gedung DPR-RI kita. Bukankah di sana pusat segala angkara murka (kalo liat tivi, baca koran, dengerin radio, atau sering diskusi tentang peristiwa nasional pasti paham. Maaf kalo ada yang nggak paham :P). Lalu. Inikah Islam?

KEDUA. Islam punya tata peribadatan. Shalat. Puasa. Zakat. Sekarang lagi gencar-gencarnya soal sedekah dan ganjaran yang berlipat-lipat. Tapi, sudahkah kita "melaksanakannya"?

Anda Sedekah Buat Apa Sih?
Perlu dicatat bahwa kata 'melakukan' di sini nggak sekedar jungkir balik sholat atau mengulurkan tangan ngasih selembar uang seribu lecek ke pengemis tapi NIAT, BUAT, NIKMAT. Maksudnya Niat, apakah niat ibadah kita buat Tuhan? Allah? Apakah niat sedekah kita murni untuk membantu yang lemah? Atau masih aja itung-itungan imbal baliknya dari Tuhan? Kasih seribu minta dibales sepuluh ribu. Ngasih sejuta mintanya sepuluh juta. Kalo newbie sih saya maklum lah. Nah, bagaimana kalo yang expert? Masih pantaskah selalu menghitung-hitung kayak begituan? Kita sering kali sibuk menghitung amal sampe-sampe kita lupa: sudah benarkah amal kita?

Kadang-kadang kita sibuk ngebenerin sorban baru. Sarung baru. Mikirin tasbih anyar di toko perlengkapan sholat yang lupa nggak kebeli sampe-sampe kita lupa kalau pas takbir shalat otak kita penuh dengan aksesoris-aksesoris yang begituan. Untuk itukah agama Islam? Top focus interest on the cover. Jadi jangan heran ya kalo ada guru ngaji ternyata perbuatannya belum menunjukkan keislamannya yang kaffah atau malah ada kyai sibuk masuk politik sampe-sampe dia lupa mengkaji dan menikmati isi dari Al-Qur'an dan Hadist. Kalau udah begini, gimana nasib umat?

'Buat'. Kalau yang ini semua orang pasti udah tahu, yaitu implementasi dari niat kita tadi. Apa sudah bener ibadah kita dari sisi perbuatan? Sering saya liat masjid penuh hari Jum'at bukan karena jamaah sibuk dengerin khotib lagi ceramah. Mereka sibuk di teras masjid, ngadep ke jalan sambil ngitungin awan yang seliweran di langit. Nah, gimana kalau udah begini?

Terakhir tentang 'Nikmat'. Nikmat artinya kelezatan, kegunaan, kemanfaatan. Nikmat di sini bukan nikmat yang berasal dari Tuhan seperti rezeki materi, tapi suatu kepuasan hati. Ketenteraman hati. Keikhlasan. Udah dapet nggak itu semua dari ibadah-ibadah kita? Kalau belum kayanya kita nggak beribadah sama sekali deh.

Coba kita pikir sebentar. Kita (merasa) banyak beramal. Kita (berpikir) banyak sholat. Kita (menganggap) banyak berzikir. Kalau banyak-banyak itu tidak memberikan kenikmatan bagi kita, apakah salah ibadahnya?

Tidak!

Yang salah adalah Niat dan Perbuatan kita. Kalau sedekah niatnya buat dianggap dermawan, kenikmatan hanya akan muncul ketika orang menyebut kita dermawan. Setelah itu? Mungkin nyesel udah naruh duit sejuta di kotak amal. Coba dibeliin BB. Pasti dapet satu. Begitulah (sebagian dari) kita selama ini. Bener nggak?

Kalau sholat bikin punggung sakit, salah siapa rukuknya nggak bener? Sholat banyak memberikan hikmah antara lain mencegah varises dan meningkatkan kesuburan bagi wanita. Posisi tahiyat akhir menurut beberapa artikel tentang hikmah sholat menjadi salah satu gerakan sholat yang paling menakjubkan karena jempol kaki kanan yang tertekuk berfungsi memperbaiki saraf di seluruh tubuh. Pingin pinter, cerdas, dan pandai? Posisi sujud konon bisa meningkatkan kecerdasan kita. Dari sisi ilmiah, hal ini disebabkan aliran darah yang memasok oksigen dan zat-zat berguna bagi tubuh dialirkan ke otak saat sujud. Nah, kalau kita masih nggak bisa pinter juga (catatan: pinter nggak harus akademis, tapi bisa juga kecerdasan aplikatif. Kecerdasan juga tidak selalu kecerdasan studi populis, melainkan juga kecerdasan agamis. Dan kecerdasan tidak bisa hanya mengandalkan ibadah, namun juga harus melalui pendidikan), padahal kita nggak berhenti sholat dari baligh, mari kita bertanya: sudahkah kita sholat?

KETIGA. Ini paling melecehkan deh kayaknya. Nabi Muhammad terkenal banget kesabarannya. Kejujurannya. Pertanyaan lagi nih: Sudahkah kita sabar? Sudahkah kita jujur? Kalau jawabannya sudah, saya mau tanya lagi: Berapa kali ngolokin orang di jalan gara-gara gangguin perjalanan kita? Berapa kali nerobos lampu merah? Hehehe... Silahkan dijawab sendiri ya!

Ratusan kali mendengar yang namanya 'Rabiul Awal,' 'Maulid Nabi,' 'Peristiwa di Bulan Rabiul Awal,' dan yang paling historikal adalah 'Wafat Nabi Muhammad SAW.' Konon di bulan Rabiul Awal semua itu terjadi. Kita yang mengaku Islam sejak lahir, sudahkah kita menjadi Islam? Sering sekali kita dengan enteng meninggalkan sholat. Dengan nyali besar kita ngentit jatah anggaran belanja kantor buat benerin mobil kita, bayar cicilan rumah. Buat makan anak istri! Astagfirullah...

Jujur. Saya memang bukan muslim yang bener-bener muslim. Dagu saya sepi dari jenggot karena begitu panjang dikit langsung saya libas. Celana saya isbal kecuali kalau lagi di Malang. Merantau. Saya baca Qur'an juga angin-anginan. Angin besar=rajin. Angin kecil=sibuk benerin blog ini. Hahaha...

Tapi, satu hal yang saya salut dari diri saya adalah keinginan buat berubah. Lumayan lah sejak jadi mahasiswa sudah "bisa" ngaji setelah 6 tahun pisah ranjang sama Al-Qur'an. Kehidupan sebagai mahasiswa mau nggak mau memaksa saya buat jadi orang yang lebih bener. It's just a starting point to get my walk.

Dan. 2 hari lagi kita bakal-sekali lagi-ketemu dengan 12 Rabiul Awal Tahun 1433 Hijriyah. Sudah siapkah dengan agenda perubahan? Sudah siap dengan rencana-rencana menjadi insan yang bermanfaat, berguna, dan bermartabat? Kalau sejak posting ini Anda baca dan Anda masih meng-copy paste tulisan artikel orang tanpa ijin dan tanpa mencantumkan sumber tulisan Anda, hm... saya pikir Anda nggak akan pernah jadi insan yang bermanfaat, berguna, dan Ber-Mar-Ta-Bat. Mana ada plagiator bermartabat? Hehehe... Sori ya kalau nyindir (lagi).

Be Success with Changes
Mari kita manfaatin momen 12 Rabiul Awal tahun ini untuk menyingkirkan sisi-sisi buruk diri kita. Kita tanggalkan "pakaian lama" kita dan segeralah mengenakan "pakaian baru" kita dengan badge muslim yang cerdas, santun, amanah. Pokoknya muslim plus plus deh. Asal jangan Plus Nyolong, Plus Garong, Plus Sombong, Plus Riya', dan Plus Maksiat aja ya. Hehehe...

Sekian dulu tulisan dari saya. Moga bermanfaat ^_^!

PS: Tulisan ini terinspirasi dari khotbah Sholat Jum'at di kampung tentang "12 Rabiul Awal dan Hikmah di Balik Shalawat Nabi Muhammad SAW" yang disampaikan oleh Bapak Ustadz Usman, (mantan) guru ngaji saya. Semoga Allah swt memberikan rahmat kepada beliau sekeluarga dan kelimpahan rizki di dunia dan akhirat kepadanya. Amin ya Robbalalamin.

Sumber Gambar:
-. Problema Muslim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San