Langsung ke konten utama

Balik Ke Kosan: Shocking Moment!

Apa perasaan kalian begitu nyampe ke kosan terus liat gembok yang kalian gadang-gadang bikin aman kamar kalian tiba-tiba didongkel dari luar? Sumpah! kaget banget. Kebayang tragedi setahun yang lalu. Tragedi laptop ilang plus 99ribu rupiah di dompet saya waktu mandi pagi. Situasi inilah yang saya temuin pagi tadi.
Kalau Gini Kita-Kita Lah yang Repot!

Sama sekali nggak ada bayangan bakal mengalami kegilaan seperti ini. Langit biru. Udara cerah. Hati bersinar gembira. Bener kan? Kepikir beberapa agenda pas nyampe Malang, mulai cari koran Jawa Pos Minggu, sampe nge-print jadwal kuliah. Tapi, begitu kaki nginjek tanah persis di depan kamar kos, tiba-tiba hening....

SAPA YANG BERANI NGEBONGKAR GEMBOK PINTU SAYA?????!!!!!

Kontan bingung dan marah. Kebayang ada maling ngobok-ngobok kamar saya (lagi). Tapi, tunggu dulu. Sapa yang dengan gobloknya ngebobol kamar yang digembok sementara persis di sebelah saya tuh kamar nggak ada gemboknya alias terkunci doang? Otak logis mulai jalan. Sedikit demi sedikit saya ngatur nafas dan pelongo-pelongo nyari info apa yang udah terjadi di sini. Saya jalan ke kamar mandi sebelah barat, ketemu tukang lagi ngecat tembok kamar mandi yang aus berat.
"Permisi, Pak?" sapa saya. Tuh orang masih aja ngecat.
"Pak..." masih nggak dengerin.
"Assalamu'alaikum..." Tetep aja dengan lagak innocent-nya ngecat tuh tembok kayak sufi lagi dzikir di padang gurun -_-"
Akhirnya dengan jurus maju selangkah tuh bapak-bapak denger ada orang mendekat. Kontan dia menoleh dan kaget.
"Eh, inggih. Wonten nopo?" (maksudnya. "Eh, iya. Ada apa?")
"Anu. Pak Kost wonten?"
"Dereng dugi." ("Belum dateng")
"Isih teng pasar. Panjenengan saking pundi." ("Masih di pasar. Anda dari mana?")
"Saking Bondowoso. Mriku kok gembok kamar kulo wonten sing bongkar nggih? ("Dari Bondowoso. Itu kok gembok kamar saya ada yang bongkar ya?" Dan, dimulailah tata bahasa yang buruk >.<)

Singkat cerita bapak itu berjalan dan berbincang dengan bahasa Jawa pada saya dan ayah saya. Dan mau tahu apa kata dia? Dia tidak tahu pasti. Yang jelas "kemarin" tempat ini kebanjiran dan air masuk sampe ke dalam kamar.

Kontan hening...

Siapa sangka kosan yang aman tenteram dari godaan alam bisa kena banjir? Siapa kira kosan yang beginian kebanjiran? Dan nggak banget pas bayangin inventaris di dalam kayak apaan. Sudah pasti bakal basah nggak karuan.

Begitulah kenyataan pagi ini. Begitu kamar dibuka, keliatan tata letak barang-barang yang nggak karuan. Bekas basah dimana-mana meskipun nggak parah (maklum "kemarin" dibersihkan oleh Pak Kost begitu bobol gembok pintu saya). Tapi, buku-buku? Sebagian basah. Kertas-kertas sisa daftar ulang yang rencananya jadi bahan oret-oretan catetan kampus basah nggak karuan. Walhasil, saya tumpuk dan lempar ke pojok gang. Kali aja ada yang mau dan ngangkut. Silahkan n_n...

So, rencana-rencana manis di otak saya buyar semua. Yang nancep sekarang tinggal rencana mau pindah ke kamar atas (walau sebenarnya saya suka banget sama kamar ini), cari ember kecil yang diserobot Pak Kost jadi tempat ngaduk cat, beli sapu lidi yang raib entah kemana plus jam weker yang "lumpuh" dimasukin air, nge-laundry selimut, sarung bantal, bed cover yang basah, sama ngebenerin kancingan gembok. Saya nggak mau tragedi 20 Maret 2011 keulang. Dan phobia itu datang lagi.

Tuhan, lindungilah hambaMu ini.... >.<

Sumber Gambar: Catatan Burhan - Banjir oh Banjir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San