Dulu, setiap malam begini, aku selalu dipaksa membelalakkan mata di depan layar kaca untuk berjam-jam lamanya Apalagi jika bukan menyaksikan lagi reka drama sejarah bangsa yang mulai dipertanyakan lagi siapa yang bertanggung jawab di balik darah mereka semua Dulu, setiap malam begini, Bapak dan Ibu memaksa aku yang belum tahu berapa satu ditambah satu dan mengapa mendung itu kelabu untuk menonton lagi, lagi, dan berkali-kali propaganda yang paling jeri Mengalahkan iklan paling jeli Dulu, setiap malam begini, orang-orang mulai berdongeng lagi bagaimana perwira-perwira itu dihabisi dengan lelucon yang tak kutemui bahkan dalam lautan puisi Soal silet-menyilet atau perkara orgy tak bersinglet: segalanya begitu obsolet Aku bertanya pada paklikku dimana pujangga pengarang kisah itu bisa kutemui Kepalaku malah dijotosi Kini, setiap malam begini, aku mulai duduk menepi Di pojokan paling misteri di sudut yang tak diketahui, kutinggalkan istri yang sudah kubuai ke dalam mimpi L...
Sekali Terkepak Sayap, Pantang Pulang Merayap