Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Senja Rayu

Ujung Gemulai angin menari Sunyi langit bernyanyi Jingga Bias warna merekah dari mega Sinar surya Bergerak merapat Mengusap rongga cinta yang sumbat Dan aroma damai semburat Mengisi ruang-ruang duka... Mengisi relung-relung luka ... Dengan warna! *** Selangkah detik melangkah Setapak asa menapak Senja semakin merah Bayu. Nyiru dan bambu Menegur sapa umat bumi ku Suara ombak berteriak-teriak Desis karang diam tak beranjak Mengajak teduh di antara arak : Masa bergolak... Di pesisir Burung camar terbang beranjak Mencampakkan pasir Lebur dalam gelombang congkak Siapa peduli? Senja menyala Gugus asap meraja Di batas senja rayu Aku Termangu di sudut bisu Mata cakrawala ku sapu Ku letupkan tanya : Selamanya? Dan tak pernah dijawabnya Entah mengapa... Sumber Gambar : dramaLand - Manis

Demam Eros Djarot (Lagi) : Oh, Andai Bulan... ⎝↯⎵↯⎠

GIMANA artikel kemaren ? Udah dicoba nyari lagu beliau? Yang udah nemu, selamat and don't distribute them by commercial! Buat yang belum nemu, hellooooo masa' sih gitu aja nggak dapet?? 〴⋋_⋌〵 Hahahaha... Met berjungkir balik deh sampe ketemu ✌.ʕʘ‿ʘʔ.✌ Nah. Sekarang kita bahas satu lagi album Om Eros yang cukup menarik. Ada satu single yang menurut saya paling impresif dari empat lagu yang saya dapet (namanya juga bajakan. Serba terbatas koleksinya (►.◄)). Judulnya Andai Bulan . Di bagian awal, kharismatisme gaya bermusik ditunjukkan dengan penghayatan yang dalam di tiap kata yang disampaikan. Sampai di bagian refrent , beliau beraksi dengan kegegapgempitaannya. Musik berubah garang dengan fluktuatif rhytm yang membangun. Tadinya saya kira dari awal sampe belakang bakal dibikin relaxing music mode on , ternyata nggak. Konsep mix and match kental di lagu ini. Perpaduan feminitas dan maskulitas atau antara sisi pasif dan reaktif. Formulasi yang oke punya buat pendengar awam...

5 Hal Paling Nyebelin di Kosan

It's my kost ANAK kos emang doyan sama kebebasan#Eits, topik kita yang positif lho. Oke?*\( - ˆ⌣ˆ​​​​ - )/*#. Mandi bebas jam berapa aja. Makan bebas jam berapa aja. Yang paling penting, bebas mau internetan sampe jam berapa aja. Nah, berdasarkan pengalaman pribadi, ada lima hal yang paling disebelin anak kos waktu ada di kosan. Sebagian sih pengalaman pribadi, sisanya nguping dari tetanggaヽ(˘▽˘)ノ. Mau tahu lima hal itu? Yuk kita simak bareng! Air Mati. Kebayang nggak ke kampus pake acara nggak mandi? Saya sih pengalaman beberapa kali#Uppsss... Nyeplos (¯―¯٥)#. Parahnya lagi kalo ada acara ketemuan doi. Sekampus pula. Pamer ketiak bau sama temen sih no problemo . Ke pacar? Busyet dah! Ini musuh bebuyutan pertama anak kos. Temen Sebelah Kedatangan "Tamu". Tamu sih kalo cuma satu, dua ekor nggak masalah. Nah kalo serombongan Espass? Pake acara bawa anak kecil-kecil yang ndablek (baca : nakal) nggak keturutan. Alamat keasyikan di kamar terganggu. Belum lagi k...

\(‾▿‾\) Sumpah Pemuda & Ultah Ayah Tercinta (/‾▿‾)/

PERSIS hari ini ada dua momen paling berkesan buat saya . Yap. 28 Oktober. Pertama , 84 tahun sudah pemuda Indonesia menunjukkan eksistensinya setelah Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 yang lalu. Tonggak perjuangan masuk ke generasi muda dengan sosok-sosok penuh bakat yang bisa kita kenang hadirnya sampai saat ini. Antara lain, W.R. Soepratman. Kedua , ini hari yang bersejarah buat Bapak saya khususnya. Tepat hari ini beliau genap berumur setengah abad! Ya. Beliau hari ini berusia 50 tahun. Alhamdulillah ya Allah Engkau memberikan umur panjang bagi beliau... ヾ(●⌒∇⌒●)ノ Semoga Engkau tetap memberikan dan menjaga beliau—dan Ibu hamba—dalam usia yang panjang dan senantiasa memberikan penjagaanMu kepada mereka berdua. Aamiin...v(。◕‿◕。)v *** My Father & I Ngomongin soal orang tua, khusus untuk saat ini tentang Bapak, nggak ada habis-habisnya. 21 tahun kehidupan saya nggak akan selesai menceritakan kehidupan Bapak dengan berbagai pasang surutnya. Anak pertama— It's me —me...

Ayah

Dia berjalan melintasi sepi Memanggang langkah pada api Menjemur mimpi demi kasih Berjuang Dengan Cinta Ia tak peduli Berapa jauh jarak di tapak i Ia tak peduli Berapa lama derita dipikuli Lagi pula : Dimana derita? Dia menghiasi setiap jengkal langkah dengan do'a Dia warnai setiap tapak coba dengan asa Dia panjati tebing-tebing sunyi Demi barisan senyum anak istri yang ia cintai Dan ia tak peduli Harus berapa lama ia menanggung perih Menyiksa diri dalam ambisi pagi dan keliaran hari Lagi pula : Dimana perih? Ia tak mengenalnya Tak pernah Karena ia : ayah ! Sumber Gambar : Airyz's Blog - Apapun Pekerjaannya? Syukurilah dengan modifikasi Sang Manyar

Jomblo = Priceless?

INSPIRASI itu datang dari mana aja. Nggak peduli siapa sumbernya dan kapan sumber itu datang, kalo kita jeli merasakan sekitar kita, niscaya kita nggak akan pernah sepi dari INS-PI-RA-SI. Nah,#Baru aja napas nyelesaiin tulisan soal jatuh cinta , eh "dipaksa" bikin artikel lagi. Sial kampret banget dah! Ϟ(`﹏´)Ϟ#, salah satunya yang atu ini nih! Pic. 1 Humor Abis ^^ Nggak jelas ya? Cek ini deh! Pic. 2 Ngakak Euy Dua gambar di atas saya capture dari update Gila Community , sebuah fanspage hiburan di Facebook. Buat lebih jelas isi update -nya, nih saya copas langsung di bawah. Silahkan di simak : jomblo rapatkan barisan. Kalo ada orang yang bilang 'kok gak malming?, jomblo ya?, gak laku ya?'. Jawab aja,' kalo barang mahal memang susah lakunya, makanya gue jomblo. Kalo barang murah cepat laku kayak jajan anak SD dan baju Babebo.' J.N.U Admin yang satu ini emang rada sableng. Sering banget ngerilis update-update konyol yang nggak ketulungan...

Jatuh Cinta Itu Salah...

BANYAK para jomblowan/wati galau di luar sana makin galau ketika mereka mulai menemukan cinta alias... jatrung cintrong a.k.a fallin' in love . Selain sibuk dengan imajinasi dan pikiran euforia cinta mereka, para calon mantan jomblowan/wati ini hap-hapcem#Hadeeeeh... Masa' nggak tahu?? Harap-harap cemas, getooo!! -.-"#. For what? Macem-macem. Yang paling umum ada empat : Jangan Pendam Sendirian Takut ditolak, Takut doi yang ditaksir udah punya gebetan, Takut salah tingkah plus bikin ilfil, dan Takut salah orang. Pernah heran nggak dengan cowok kekar tapi takut kecoak? Nggak logis emang dan masalah yang satu ini juga nggak logis. Karena itu artikel ini dengan tegas-tegas saya katakan kalo Jatuh Cinta Itu Salah... Kenapa? Lo pada nggak terima, hah? Sini yang nggak terima! Hadepin gue. Kita adu gundu and yang menang silahkan bikin artikel tandingan. Xixixixixi... Yups. Tesis saya di atas belum kelar. Liat kan ada tiga titik di belakang huruf h di kata '...

Demam Eros Djarot : Kembalikan Masa Depanku, Woy!!! ಠ◡ಠ

Where's My Future? SAMA sekali di luar otak saya kalo orang sekelas Eros Djarot ternyata bisa bikin album sendiri. Hahahaha... Bukan ngeledek. Sumpah! Yang saya tahu sejauh ini Om Eros paling pinter bikinin orang lain lagu tapi "nggak bisa" bikin lagu buat doi nyanyikan sendiri. Dan kemarin lusa pikiran saya itu dibuntel nggak karuan. 1000% SAYA SALAH!!!! TIDAAAAAKKKK!!!! щ(゚Д゚щ) Ini satu lirik yang nasionalis dan kritik sosial abis dari Om Eros. Dirilis album Kembalikan Masa Depanku tahun '83 (katanya), saya langsung jatuh cinta begitu pertama kali denger musik dan pembawaan vokal yang kena banget feel -nya. So , check it first before we talk anymore about this man . Kembalikan Masa Depanku by Eros Djarot Tangis lirih jeritan batinnya Renungi masa depan Cekung mata yang semakin dalam Terhimpit kebimbangan... Kemanakah kaki harus melangkah sesenja ini? Reff I Burung camar berterbangan pulang Menuju titik batas cakrawala Bergegas bersama menyam...

Tarik Nafas Dulu Yuk ^^

MANUSIA nggak pernah berhenti pengin jadi yang terbaik. Kerja siang malam, belajar pagi sore. Time is busy #Eits, ini nggak dimaksudkan bagi pemalas dan tukang mimpi siang bolong. So, lets go from here if it's you ^^#. Hampir-hampir 24 jam nggak cukup buat nampung rutinitas kita. Prestasi, prestasi, dan ambisi. Gengsi dan prestise jadi tuhan selain Tuhan. Selagi bisa, kenapa tidak? Apapun kita kejar : harta, tahta, nama, wanita . Hari ini begitu. Esok pun begitu. Lusa? Juga begitu. Dan selalu begitu kita hidup. Sejenak Bernafas But , I think we must stay a while . Look around , take your breath for a moment before you step forward to catch your dream . Ada saatnya kita menikmati alam sekitar. Merasakan tamparan jingga di senja hari tanpa harus terburu-buru dengan unjuk gigi dan pasang aksi. Ada saatnya pula kita belajar dari alam raya. Menyimak bagaimana surya bersinar dan tetap menerangi dunia dengan waktu yang ia punya tanpa mesti terburu-buru atau memburu-buru. Ada saa...

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San...

Matahari Redup Merah

Sisa-Sisa Hari Aku mencari Titik Sepi di antara rintik Aku mencari Celah Hening di sela desah Aku menanti Sinar Matahari yang kekar Dan di kesiaan senja Aku terpekur percuma Matahari redup merah Mengapa aku tak coba mengubah      dari dulu kala? Sumber Gambar :   Review of Religion - Memahami Matahari Tenggelam di Laut Hitam(QS 18:86)

Aku Tersiksa

Ku Damba Senyum Abadimu Aku tersiksa ... Kehadiranmu dengan wajah kuyu Memasuki tenda bisu Dengan kekumalan dan berdebu ' Pak, nasi sama ayam goreng dua ' Ujarmu, lalu hilang Kembali bersudut dengan gerobak tersayang Tak lama Terdengar canda anak binimu Di bawah temaram lampu. Aku duduk di tempatku Aku tersiksa... Tak lama. Pramusaji mengantar nampan Hidangan begitu menggiurkan Ku lihat dengan kerlingan Begitu lahap anak binimu Menikmati suap demi suap nasi Dan robekan paha ayam yang kau beli Sementara mata mu yang letih Cukup saja menikmati : Keceriaan yang tak setiap hari ini Aku gelisah di kursiku Aku tersiksa... Tanpa duga Selip suara mendesing batin di telinga :      "Makan yang kenyang, Anakku,      Hari ini tanggal kelahiranmu..." Dan pandangan mataku beralih Memendam getir yang menghunus nadi Tuhan . Apa maksud semua ini? Aku guncang dan bimbang... *** Aku tersiksa... Ku telusuri jalanan kota Membaw...

Untuk Sepiring Nasi Yang Hamba Nikmati Setiap Hari... \(⎲⎵⎲\)

Bagaimana Mungkin Ku Abaikan NikmatMu? SERING kali kita membandingkan kekurangan rizki kita dengan orang lain. Mengungkit, mengutuk. Dengki. Menyalahkan Tuhan atas apa yang tidak kita miliki. Padahal, tak jauh dari kita, ada banyak yang jauh lebih buruk dari kita. Di sekitar kita, ada banyak yang tak seberuntung kita. Tidakkah kita menyadarinya? *** Tulisan di bawah ini saya peroleh dari update status FB Unic77 yang saya baca tanpa sengaja. Dan, saya seperti diketuk... _______________ Cerita ini di forward dari Pak Ismail A Said (Wartawan Senior Republika) : Krn hujan yg tdk kunjung berhenti, akhirnya sy memutuskan menerobos hujan krn hari sdh malm... sampai di Tegalega, perut sdh tdk bs diajak kompromi lg, akhirnya sy memutuskan mampir diwarung nasi tenda dipinggir jln.. lg asyik menikmati pecel lele, masuklah seorng bapak, dg istri & 2 anknya.. Yg menarik adl kendaraan mrk yaitu gerobak dorong.. Lalu bpk ini memesan 2 piring nasi & ayam goreng... Pertamanya sih ...

Tak Ada Yang Berubah... (Tetap Sama)

Setapak Cinta Aku melihat mereka : tetap sama Bergenggam tangan Meniti setapak menyusuri hutan Siulan burung-burung, Canda wanara dan rusa Menjadi musik setiap pijakan langkah Tak ada yang berubah... Aku melihat mereka : tetap sama Berlepas senyum, Sesekali tawa renyah meledak ranum Pancaran rasa bak sunggingan surya Menerobos kepekatan pagi Menjelang hadir sang matahari Tak ada yang berubah... Seribu orang berkata :      " Mereka sesat dalam laku " Seribu orang lainnya berkata :      " Mereka taat dari nafsu " Namun, Tak ada yang berubah... Suara memang semerdu surga Meski acap setajam neraka Mereka enggan peduli Mereka enggan! Memahat tali asmara dalam dada Dan menyusun bongkahan kayu bahtera Jauh membuat bahagia Daripada menyulap dengki menjadi caci Akankah berubah? Tak! Dan aku melihat mereka : tak ada yang berubah Ketika senja menjingga Dan purnama mengintip di ufuk raya Sandaran dagu di bahu Antarkan mere...

Rumput Liar

Tegak Terinjak Dan rumput-rumput liar menyebar. Menjadi wabah. Memenuhi seluruh pekarangan depan rumah . Cangkul dan arit, seember air di bawah langit. Berharap sanggup melawan terjang di kembang jalang. Dan. Benar. Tak butuh lama membuat mereka kapar. Dengan sabitan dan rengkuhan, mereka bergelimpangan . Menjadi sejarah di kotak sampah. Dan bunga-bunga seruni bermekaran. Melati kuncup, mawar merekahan. Memadukan wangi seribu puji. Melemparkan sapa sehangat janji. Mereka bebas menari. Memanah sepi. Menyapa matahari. Atau sekedar menikmati lenggang awan yang putih. Tanpa bayang-bayang cemar mengotori : si rumput liar . ***  Tapi. Mata ku seakan teriak. Suaraku seakan melonjak. Sinar esok menyapa kembali. Di ujung kaki, rumput-rumput itu kembali lagi . Tumbuh mengapiti kembang pesona. Rimbun menindasi kuncup gairah. Angin menggoyang mereka. Waktu menghentak laju mereka. Dan, mereka semakin tumbuh. Tumbuh. Tumbuh. Dan, tumbuh! Tiba-tiba saja menjalari kakiku. Tiba-tiba ...

Buldozer

Tirani Besi Kawanan elang meradang Burung manyar Memaki dalam kutuk yang gempar Pepohonan menjerit ngeri Dan ambisi Bagai api di kemarau yang sunyi Suara-suara makin mendekat Kegaduhan makin melekat Angkasa senja Matahari punah Rembulan sendu di balik mega Hujan . Hujan Turunkanlah hukuman! Hujan. Hujan Turunkanlah musibah Entah wabah. Entah bahala semesta Tapi. Sayang Buldozer terlalu jalang Bumi menangis dendam Dan roda-roda besi Menggilasi siang-malam Tak berhenti Di ujung langit Seekor pipit meratap pahit Begitu asyikkah siulan duit Hingga nyanyian bukit Harus digadai dan dihimpit? Dan tak pernah ada jawabannya... Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Rumah di Tepi Jalan*

Anak-Anak Terang! Sepasang bocah -gadis kecil dan adik lelakinya-    bercengkrama di pelataran rumah Di tepian jalan menuju Kota Di antara ganasnya udara Siang itu Jum'at yang ku rindu Ada tawa meraba Ada bah'gia menjelma Mimik wajah mereka Tak peduli remuknya dinding batu Atau kumuhnya lantai berdebu Mereka tunjukkan pada surya Ke damai an Begitu mudah didapatkan Lantas, akankah ditamatkan? Ada haru Menusuk jantung hati ku Melihat si adik kecil Dengan kaki mungil Mencoba sandal karet sebesar jengkal Berlompatan mengikuti sang kakak Nyaris jatuh, siapa peduli? Ia hanya ingin menikmati Apapun yang bisa dinikmati Lantas, akankah diakhiri? Ada asa Meledak di jiwa Angan dan cita Berandai ketika tahta, nama,    harta bersujud di depan langkah Suatu hari Aku akan datang pada mereka Dan memberikan apa yang mereka inginkan Ketika detik ini begitu banyak yang tak bisa mereka dapatkan Ada... cita! Suatu hari Aku akan menjelma menja...

Capung

The Dying Dragonfly Capung Layang lambung Hinggap Di antara ruang gelap yang pengap Kau capung Merayap turun dari gunung Lalu hilang Di tengah hening asing yang bising Timbun. Timbun Berbisiklah daun-daun Alun. Alun Desah angin remuk di semak rimbun Berjenakkah kau diam berayun? Cuaca pikuk gulana Kau. Si capung balau Terkulai dalam risau Sayapmu letih Yakinmu repih Perjalanan - sepertinya - sudah tiba di titik henti Dan kau. Capung rimba Terkulai dan masai Payah di kecamuk batin tak berdamai Dengan mata menerobos celah Dan. Kau... punah! Musnah... Sumber Gambar : Matahari - Menangkap Capung

Selepas Hujan

Masihkah Harus Berharap? (Ratapan Lelaki Sisa-Sisa) Matahari telah lenyap Bulan senyap Gelap :    Tiada cahaya Aku tertatih di jalanan basah Selepas hujan yang marah... Aku tak mengenalimu:    Wahai, Hati ku yang Bisu Aku bagai sekoci sunyi Di ombang gelombang Di ambing tak terbimbing Aku tak mengenalimu:    Wahai, Langkahku yang Rapuh Aku tersudut dalam kuyu Tertindas dalam simpuh Terlindas dalam keluh Dan aku lebih tak mengenalimu:    Wahai, Suaraku yang Dungu Kemana lantangmu ketika aku jatuh? Dimana tegarmu ketika aku luluh? Bayang semukah dirimu? Dan, benar! Matahari memang terlanjur buyar Sinar-sinar dilahap mendung Lalu hujan merapat, merundung Aku. Mereka Dan sejuta orang tak ber- asa Putus senyum sekian warsa Hujan akhirnya datang lagi Sayang. Hati kami masih tak sembuh lagi Tak 'kan pernah terjadi... Sumber Gambar : Ulfia Rahmi's Weblog - Hujan dengan modifikasi Sang Manyar