Langsung ke konten utama

Sepasang Remaja dan Besikal Tua

Mereka tertawa menembusi kegarangan dunia
Menyusuri lorong-lorong tanda tanya; melewati keheningan tanpa kata
Padang-padang perhentian sinis menyapa
Dan. Itulah mereka
Masih bermanja di atas besikal tua

Besikal Tua Jejak Manyar
Hidup Sederhana
Roda-roda menapaki alam semesta
Tak duli cabaran kemarau menggila; pun pula gemparan penghujan mendera
Sekotak tulus menghembus
Jadi angin segar di tengah busuk buruknya suara dengus
Danau-danau persinggahan mengusir nyinyir
Dan. Itulah mereka
Masih bermesra di atas besikal tua

Pahatan janji terlukis di bintang-bintang
Ukiran sumpah tersurat di gelombang samudera
Apalah guna bisik-bisik jikalau hati tak lagi terusik?
Apalah guna sejuta pekik :
     Bukankah asmara tak punah karena selusin dengki meringkik?
Lembah-lembah harapan tersenyum ramah
Dan. Itulah mereka
Tetap merenda di atas besikal tua

Ya. Itulah dia
Sepasang remaja dan besikal tua mereka

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi


*Terinspirasi Lagu Hidup Sederhana (Basikal Tua) dipopulerkan oleh Sudirman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San