![]() |
Raut Wajah Kota |
Suara kota menjerit. Suara desak menajam ke langit. Sejuta kata. Sejuta babak cerita mengalur bak hulu sungai menuju samudera. Tumpang gelimpang telanjang. Kebaikan bukan saatnya terpajang. Kata mereka di kepala.
Di gedung-gedung; di meja-meja. Di jalanan buas dan serakah. Di trotoar yang meniupkan angin jengah. Mereka tak pernah puas menghambakan diri. Tunduk pada siapa, rutuk pada siapa. Detik jam serasa kejam. Detik jam laksana lubang nasib yang suram. Yang kusam...
Togata derita anak manusia. Fabula mereka tercatat dalam peliknya sejarah. Tak ada yang menyadarinya. Atau, tak ada yang mengakuinya? Tuhan datang dengan kemerdekaanNya. Agama hadir dengan kebebasannya. Dan manusia hadir dengan membelenggukan dirinya. Entah sampai bila lelucon ini begini.
Catatan :
*) Jenis fabula (istilah dari berbagai bentuk drama) komedi yang menggambarkan adegan kehidupan realitas di perkotaan.
Sumber Gambar : Nur Abdillah Siddiq (Alchemist) - Macet (Lalu Lintas), Anugerah Bukan Bencana
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: