//
Ada stepa dan ilalang membawaku kepadamu. Ya, kepadamu, Kekasihku. Kepada kamu yang menyimpan selustrum kerinduan bisu. Kepada kamu yang memendam seabad penantian kelu. Kepada kamu yang asyik bermain di telaga waktu dengan sekawanan bangau kertas yang terbangun di hulu-hulu alas dan enggan mentas : sebab udara sejuk ini membuatmu seakan bebas.
\\
Adapun serumpun bunga-bunga tumbuh menyibak jelaga. Ada anak kancil berlari di antara otak-otak dekil yang kerdil; yang susah dijauhkan dari pencil. Ada anak belalang berkejaran dengan angin yang membawanya julang, terbang; jauh ke awang-awang. Lantas mata mungilnya melihat bumi semakin tua, semakin pasrah. Mata mungilnya lalu melihat kamu yang masih nyaman dengan sajak-sajakku tanpa tahu kata-kataku sudah ramu bersama kamu yang masih lena dengan warisanku. Ah, dasar kamu!
//
Adakah sejarak jangat menjadikan penasaranku yang begitu hebat menemu obat tentang mengapa tubuh agungmu yang seharusnya pundung menjadi wurung? Adakah serentang bentang membuka rahasia alam semesta lalu kau terjaga dari rutukan sesalmu dulu menjadi tasyakur bagi orang-orang sepertiku yang wagu dengan lampu merah, gedung kaca, dan polusi atau bising klakson pedati? Aku ingin sekali melepaskan dirimu dari kucil yang kau bangun menjadi dinding atau nganga yang kau bangun menjadi hening. Dan kita seperti sepasang rama yang menemukan wajah di antara punah kuntum bunga.
\\
Adalah ranum segala kagum dan seluruh cium yang kutanam dan kusiram di antara bayangmu yang turun diam-diam. Seribu purnama. Sejuta malam tanpa cahaya lulus tulus kuhunus di antara diksi dan rima paling tandus. Kau kudus. Kau kudus. Kau kudus di antara harap yang hampir pupus. Pada stepa. Pada ilalang. Pada bayang-bayang indah nyiur dan gelombang. Pada kau aku datang. Pada kau aku kan tandang. Dan tak akan bisa pulang.
Ada stepa dan ilalang membawaku kepadamu. Ya, kepadamu, Kekasihku. Kepada kamu yang menyimpan selustrum kerinduan bisu. Kepada kamu yang memendam seabad penantian kelu. Kepada kamu yang asyik bermain di telaga waktu dengan sekawanan bangau kertas yang terbangun di hulu-hulu alas dan enggan mentas : sebab udara sejuk ini membuatmu seakan bebas.
\\
Adapun serumpun bunga-bunga tumbuh menyibak jelaga. Ada anak kancil berlari di antara otak-otak dekil yang kerdil; yang susah dijauhkan dari pencil. Ada anak belalang berkejaran dengan angin yang membawanya julang, terbang; jauh ke awang-awang. Lantas mata mungilnya melihat bumi semakin tua, semakin pasrah. Mata mungilnya lalu melihat kamu yang masih nyaman dengan sajak-sajakku tanpa tahu kata-kataku sudah ramu bersama kamu yang masih lena dengan warisanku. Ah, dasar kamu!
//
Adakah sejarak jangat menjadikan penasaranku yang begitu hebat menemu obat tentang mengapa tubuh agungmu yang seharusnya pundung menjadi wurung? Adakah serentang bentang membuka rahasia alam semesta lalu kau terjaga dari rutukan sesalmu dulu menjadi tasyakur bagi orang-orang sepertiku yang wagu dengan lampu merah, gedung kaca, dan polusi atau bising klakson pedati? Aku ingin sekali melepaskan dirimu dari kucil yang kau bangun menjadi dinding atau nganga yang kau bangun menjadi hening. Dan kita seperti sepasang rama yang menemukan wajah di antara punah kuntum bunga.
\\
Adalah ranum segala kagum dan seluruh cium yang kutanam dan kusiram di antara bayangmu yang turun diam-diam. Seribu purnama. Sejuta malam tanpa cahaya lulus tulus kuhunus di antara diksi dan rima paling tandus. Kau kudus. Kau kudus. Kau kudus di antara harap yang hampir pupus. Pada stepa. Pada ilalang. Pada bayang-bayang indah nyiur dan gelombang. Pada kau aku datang. Pada kau aku kan tandang. Dan tak akan bisa pulang.
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: