Langsung ke konten utama

Simpang Tiga Kalibata

Aku dengar dengusmu
di antara batu-batu pinggiran jalanmu
Di pikuk kikuk laku sekelilingmu, 
merayap cerita darimu,
bahkan dari sela-sela kuku kakimu
yang bisu dan lesu,
menyapa pagi yang selalu mengganggu 
semu malammu

Pekuburan itu seperti mengamatimu;
mengambil tempat di sela detik ajalmu
yang ditalqin pada senggang waktu
Pagar-pagar makam itu menyatu
dengan seribu satu pertanyaan kelabu :
"Berapa tahun lagi jasadmu utuh? "
Tak ada jawaban dari lampu merah di persimpanganmu situ

Seorang bapak penjaja tisu
mengelap peluh dengan belacu
Kamu menyelinap di sendu kalbu
Kamu mengendap di dasar isakmu
Di balik telinga bapak penjaja tisu,
yang bergegas lalu dikunyah waktu,
kau cetuskan peluru dari gerammu
ke dahi pejalan kaki
yang terhalang polusi
yang tak tertilang oleh jutaan polisi
Di balik telinga si bapak penjaja tisu,
yang mengabu di pemulasaran mimpi lalu,
kau letupkan nuklir dari jengahmu
ke lubang hidung pengemudi
yang terpalang deviasi
peta serba bisa dalam ponsel-ponsel celaka
yang serba dusta dalam kodratnya :
mengitarkan mereka berputar di labirin kota

Di balik daki dia sang bapak penjaja tisu
adakah kau masih tegap
saat cicit anak cucuku menyergap? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San