![]() |
Kotak Bencana |
Gemerincing petaka memusing di udara
Kau dengar?
Ada sehembus awan lapar
Kau dengar?
Ada rintihan menggelepar
Adakah kau dengar?
Jembatan yang menimpa kepalamu hari Minggu itu
Kau pikir bencana?
Itulah salahmu
Andai. Ya. Andai kau peka:
Bencana sebelumnya sudah mewabah
Andai. Ya. Seandainya kau terjaga:
Derita panjang sejak kemarin meradang
Mungkin. Ya, mungkin. Tak perlu jembatan batu itu runtuh
Oh, Tuhan. Ya. Mungkin Tuhan
Mungkin Dia sedikit muak
Ketika makhlukNya lapar dan merangkak
Kau dengan perut tambun melahap bakul nasi sambil bergelak
Ketika makhlukNya terbata mencoba membaca
Kau dengan kacamata malah mengubah plot cerita
Mungkin. Ya. Barangkali
Tuhan sedikit jengah
Berkali-kali Ia teriak
Tetap saja telinga kita congkak
Beratus kali Ia menghela
Kita justru tertawa dan menuding langit seraya berkata:
"Kami perkasa"
Maka.
Jembatan pun merekah. Tiang pancang musnah
Temali luntur menari: menyambut Sang Mati
Pandora mulai menganga
Wabah merekah dari Utara
Bersiaplah: Timur dan Barat jingga
Waspadalah: Selatan dan Penjuru Sisa-Sisa
Jika kau masih membutakan mata; menulikan telinga; menumpulkan indera
Maka. Berjagalah!
Kau akan lumpuh tuk selamanya
Oh, Angin Sabana!
Nusantara di Ladang Musibah..
Sumber Foto: Bilogizma
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: