Langsung ke konten utama

Zona Memori Kasih

(Memandang ke belakang)

Menanggung Sesal
Kicauan masa lalu
Benturkan aku dalam sesalan panjang
Angin meradang
Burung-burung enggan terbang
Gunung : mengapa kau murung?
Surya : malaskah kau sinari dunia?
Ini dosaku. Ini karmaku
Mengapa kau yang pilu?
Mengapa kau yang kelabu?
Biarkan ku tanggung jalangku
Dalam sepi. Dalam sunyi yang pekat dan mati
Biarkan. Biarkan ku bawa sendiri
Racun cinta yang ku tabur sembaur
Ia masuki darahku
Ia jangkiti hatiku
Sebagaimana aku
Jangkitkan ia pada sejuta rindu
Yang memuja kasih abadiku

Oh, Langit
Oh, Jerit

Kemana harus ku tumbalkan darahku
     demi tebus tangisan sang bunga-bunga?
Kemana musti ku tumpaskan nafasku
     demi redanya ratap kuncup yang bisu?
Kemana...?
Kemana...?!
          Oh, Kemana?!!

Aku memandang ke belakang
Selaksa mata menukik
Dan sejuta tangan hendak mencabik
Aku pasrah
          Aku pasrah
                    Ku pasrah...

Sumber Gambar : Cahya Firdaus - ketika lelaki menangis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World