Langsung ke konten utama

Kejora di Tanah Rinding

Simbol Harapan
Ada apa di sana?
Kabar angin menerpa dari pohonan
Wajah-wajah pun kusut dalam harap
Kau. Aku. Berbisik dalam gelap:
"Waktu semakin senyap"
Dan. Benar. Senyap.
Dan semakin senyap

Sepi pagi menghampiri
Ya. Memuncak, menjelma menjadi Matahari
Bukan sinar yang membasahi tubuh kita
Tapi: API!
Kecurigaan yang abadi
***
Keruh.
Semakin banyak orang memancing dalam keruh
Kau hanya berkata: "Tetaplah teduh!"
Sementara,
Hari-hari semakin lesuh 
Hari-hari semakin tak acuh 

Hari-hari semakin jenuh...

Lalu. Lihatlah di Puncak Jaya
Kejora itu begitu indah
Lahir dari hati yang hampir punah
Yang: bermimpi Kuncup Surga mekar di Ladang Nirwana
Dan, kau. Aku. Kita tahu betapa lelah:
Bergantung kepada cuaca
Dan Tanah Rinding di sana
Semakin terbanting dan berkeping
Diombang-ambing
Dikelakari politik compang-camping

Dan. Kau. Aku
Marilah kita menunggu. Sang waktu:
Menyihir Kejora berubah menjadi Atom Hiroshima
Meledakkan bendera kita...

Sumber Foto: Republika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World