Langsung ke konten utama

Hilang Arah

Dimanakah Nalar?
Kau seperti orang gila
Bernyanyi semaunya
Menembangkan apa saja
Dengan kata dan kiasan tanpa makna
Kau bicara seperti lebah
Dan tertawa pekakkan telinga

Kau berlompatan
Kau berlarian
Kau. Kau. Kau!
Teatrikal atau hilang akal?

Aku sering kali mengingatkan : "Duduklah sesekali dan nikmati alun melodi matahari ketika ia terbit di pagi hari dan ketika ia lelap di senja sepi."
Kau menggeleng dengan culas
Dan kembali bergeliatan dengan bebas
Aku hanya bisa tabah
Berdo'a semoga 'ni hanya mimpi saja

Dan hari ke hari
Minggu ke minggu
Entah sang luna beredar berapa kali
Kau makin kehilangan jiwamu
Kau larut dalam euforia
Kau tenggelam dalam fantasia
Kau terjerat
Dalam lorong gelap dan tersesat

Ribuan do'a malaikat tak mempan
Jutaan asa manusia terpatahkan
Milyaran kali peringatan
Milyaran kali pula kau abaikan
Harus dengan kutukkah kau terhentikan?

Hilang arah
Durjana tumbuh mewabah
Kau. Kau. Kau
Salah satunya...

Tuhan.
Selamatkan kami dari anomali ini...

Sumber Gambar : NU Pinggiran - Ciri-Ciri Aliran Sesat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World