Langsung ke konten utama

Pandora Bencana Nusantara

Kotak Bencana
Kau dengar?
Gemerincing petaka memusing di udara
Kau dengar?
Ada sehembus awan lapar
Kau dengar?
Ada rintihan menggelepar
Adakah kau dengar?

Jembatan yang menimpa kepalamu hari Minggu itu
Kau pikir bencana?
Itulah salahmu
Andai. Ya. Andai kau peka:
Bencana sebelumnya sudah mewabah
Andai. Ya. Seandainya kau terjaga:
Derita panjang sejak kemarin meradang
Mungkin. Ya, mungkin. Tak perlu jembatan batu itu runtuh

Oh, Tuhan. Ya. Mungkin Tuhan
Mungkin Dia sedikit muak
Ketika makhlukNya lapar dan merangkak
Kau dengan perut tambun melahap bakul nasi sambil bergelak
Ketika makhlukNya terbata mencoba membaca
Kau dengan kacamata malah mengubah plot cerita

Mungkin. Ya. Barangkali
Tuhan sedikit jengah
Berkali-kali Ia teriak
Tetap saja telinga kita congkak
Beratus kali Ia menghela
Kita justru tertawa dan menuding langit seraya berkata:
"Kami perkasa"

Maka.
Jembatan pun merekah. Tiang pancang musnah
Temali luntur menari: menyambut Sang Mati

Pandora mulai menganga
Wabah merekah dari Utara
Bersiaplah: Timur dan Barat jingga
Waspadalah: Selatan dan Penjuru Sisa-Sisa
Jika kau masih membutakan mata; menulikan telinga; menumpulkan indera

Maka. Berjagalah!
Kau akan lumpuh tuk selamanya

Oh, Angin Sabana!

Nusantara di Ladang Musibah..

Sumber Foto: Bilogizma

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San