Langsung ke konten utama

Dari Sebuah Nama

 Ploceus philippinus Manyar Tempua
Aneh memang dengan nama blog aku: JEJAK-JEJAK MANYAR. Kenapa 'Manyar'? Kenapa bukan Rajawali, Elang, atau mungkin nama hewan lainnya?
Sebuah pemikiran yang agak panjang untuk nentuin nama sebuah blog. Awalnya, aku terispirasi dengan kata 'Mayang' yang memiliki arti sebuah perahu pukat. Aku bayangin sosok sebuah perahu pukat yang menjadi tumpuan harapan bagi nelayan dan keluarganya untuk mencari nafkah. Aku membayangkan kegagahannya menerjang badai dan ganasnya samudera. Tapi, di sisi lain, bukankah 'Mayang' identik dengan nama orang? Nah! Itulah kenapa aku nggak pake nama itu. Daripada multitafsir dan menyulut api kemarahan (note: cewek gue cemburuan. Dikiranya blog-ku special for someone nantinya. Bisa berabe -_~), saya putuskan dengan weight heart (baca: berat hati. Xixixixixi) untuk mencari nama lain. Bye-bye, Mayang... Hehehe (Ngalay!)

Lalu, nama apa yang pantas?

Setelah bersemedi selama 3 jam (semedi apaan tuh!!O~O. Hehehe..), akhirnya terpilih sebuah nama: 'Manyar', jenis burung yang selalu aku kagumi setiap kali aku menghabiskan sore hari di alun-alun kota.

Burung Manyar adalah burung yang solidaritasnya tinggi banget. Liatin aja! Tiap sore kalo nggak mau dibilang rombongan, ya sebut aja keroyokan. Yup! Tiap sore burung-burung ini terbang menuju sarang secara berkelompok. Nggak jarang burung walet harus menyingkir waktu kawanan manyar datang dari depan. Burung ini juga paling nyaring kalo disuruh berkicau. Tiap kali kita masuk hutan atau asyik jalan-jalan di pematang sawah, burung-burung inilah yang sering menyapa kita dengan kicauan mereka.

Burung Manyar nggak pernah menyerah buat "ngambil" sedikit saja butir padi buat jatah makan mereka setiap hari. Bukan simbol korupsi, Burung Manyar nggak pernah ngabisin bulir padi dalam satu tangkai. Dia hanya ambil sebagian lalu terbang lagi. Burung Manyar juga paling pintar kalo disuruh nyari batang rumput atau jerami buat bangun sarang. Bagaimana dengan kita? Manggil tukang kan? ^o^

Burung Manyar bebas nentuin kemana dia mau terbang. Nggak ada beban. Begitulah seharusnya kita. Jangan setiap langkah dan tarikan nafas kita selalu dibayangi perasaan takut dan gelisah. Jalani saja seperti si Manyar dan kawanan mereka. Kenapa mereka bisa sebebas itu? Karena mereka menuruti KODRAT mereka. Mereka nggak nolak djadikan burung dan tuh masih asyik saja kelayapan ke sana ke sini. Bagaimana dengan kita?

Manusia memang makhluk paling komplit. Akal punya (hewan?), hati yang beriman punya (kayak malaikat cuma 50% aja. Sisanya cari sendiri. Hahahahaha... n_n). Ketinggalan satu: nafsu, perangkat yang diandalin setan buat njerumusin kita. Semuanya ada manfaatnya. Dengan akal kita bisa mempertimbangkan tindakan kita. Dengan hati kita bisa berintrospeksi diri. Dengan nafsu, kita punya ambisi yang membuat Bumi saat ini
180 derajat dibandingkan 100 tahun yang lalu. Setuju?

Pertanyaannya: apa kita sudah make ketiganya dengan sinkron? Tetot! Jawabannya pasti nggak.

Karena itu, JEJAK-JEJAK MANYAR datang untuk mengajak kita semua kembali mengenali siapa kita. Untuk apa kita ada di dunia. Mengapa. Dan kemana kita harus melangkah.

JEJAK-JEJAK MANYAR nggak lebih dari sebuah blog yang ditulis manusia yang pasti nggak pernah lepas dari khilaf dan salah. Kalo nggak diingetin, gimana mau sadar atau tahu kalo udah ngelakuin kekeliruan. So, let's share about Us. Give your coment kalo tulisanku ada "sesuatu" yang keliru. Itung-itung nambahin stok pahala kita. Iya gak?

Sumber Foto: All Bird Photos

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World