Langsung ke konten utama

Jusuf Memungut Rembulan

: B.J.H

Jusuf bersijingkat melangkah ke dapur dengan lambat
Ia lihat : rembulan terdamprat!
Wajahnya retak sangat
Matanya merah; menangis sia-sia
Ia sembunyi di balik pintu;
menunggu sepuluh, dua puluh lelaki dungu itu
berlalu dan meninggalkan si rembulan sendiri dan tersedu
Ia masih sembunyi di balik pintu
ketika lelaki-lelaki itu perlahan menjauh
dan tawa mereka sumbang berlalu
Jusuf mendekat malu-malu
Ia menutup mata; tak tega melihat rembulan
compang-camping di baju
Ia memejam mata. Tak kuasa melihat rembulan
berdarah di muka, di bahu, di dada,
dan di di di di ....

Jusuf menjingkat membawa gumpalan kain belacu
Ia rentangkan lebar-lebar. Ia bentangkan dan berkibar
Menjelma bendera. Menjelma sang saka
Ia kudungkan ke pundak rembulan yang masih sendu
Selepas itu, perlahan ia menjauh
lalu berlalu
tapi tak seperti sepuluh, dua puluh lelaki dungu lalu
Ia tak tertawa. Pun tak menebar tuah dan ludah seperti mereka
Ia meninggalkan punggung yang menjadi cermin rembulan murung
menyadari betapa ia agung
dan betapa tak pantas ia untuk buntung
Jusuf pun menghilang
Tahu-tahu, di langit rembulan mengawang
Tahu-tahu, di puncaknya Jusuf mengangkang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San