: B.J.H
Jusuf bersijingkat melangkah ke dapur dengan lambat
Ia lihat : rembulan terdamprat!
Wajahnya retak sangat
Matanya merah; menangis sia-sia
Ia sembunyi di balik pintu;
menunggu sepuluh, dua puluh lelaki dungu itu
berlalu dan meninggalkan si rembulan sendiri dan tersedu
Ia masih sembunyi di balik pintu
ketika lelaki-lelaki itu perlahan menjauh
dan tawa mereka sumbang berlalu
Jusuf mendekat malu-malu
Ia menutup mata; tak tega melihat rembulan
compang-camping di baju
Ia memejam mata. Tak kuasa melihat rembulan
berdarah di muka, di bahu, di dada,
dan di di di di ....
Jusuf menjingkat membawa gumpalan kain belacu
Ia rentangkan lebar-lebar. Ia bentangkan dan berkibar
Menjelma bendera. Menjelma sang saka
Ia kudungkan ke pundak rembulan yang masih sendu
Selepas itu, perlahan ia menjauh
lalu berlalu
tapi tak seperti sepuluh, dua puluh lelaki dungu lalu
Ia tak tertawa. Pun tak menebar tuah dan ludah seperti mereka
Ia meninggalkan punggung yang menjadi cermin rembulan murung
menyadari betapa ia agung
dan betapa tak pantas ia untuk buntung
Jusuf pun menghilang
Tahu-tahu, di langit rembulan mengawang
Tahu-tahu, di puncaknya Jusuf mengangkang
Jusuf bersijingkat melangkah ke dapur dengan lambat
Ia lihat : rembulan terdamprat!
Wajahnya retak sangat
Matanya merah; menangis sia-sia
Ia sembunyi di balik pintu;
menunggu sepuluh, dua puluh lelaki dungu itu
berlalu dan meninggalkan si rembulan sendiri dan tersedu
Ia masih sembunyi di balik pintu
ketika lelaki-lelaki itu perlahan menjauh
dan tawa mereka sumbang berlalu
Jusuf mendekat malu-malu
Ia menutup mata; tak tega melihat rembulan
compang-camping di baju
Ia memejam mata. Tak kuasa melihat rembulan
berdarah di muka, di bahu, di dada,
dan di di di di ....
Jusuf menjingkat membawa gumpalan kain belacu
Ia rentangkan lebar-lebar. Ia bentangkan dan berkibar
Menjelma bendera. Menjelma sang saka
Ia kudungkan ke pundak rembulan yang masih sendu
Selepas itu, perlahan ia menjauh
lalu berlalu
tapi tak seperti sepuluh, dua puluh lelaki dungu lalu
Ia tak tertawa. Pun tak menebar tuah dan ludah seperti mereka
Ia meninggalkan punggung yang menjadi cermin rembulan murung
menyadari betapa ia agung
dan betapa tak pantas ia untuk buntung
Jusuf pun menghilang
Tahu-tahu, di langit rembulan mengawang
Tahu-tahu, di puncaknya Jusuf mengangkang
Komentar
Posting Komentar
Pesan Manis Sahabat Adalah Ilham Magis Bagi Saya: