Langsung ke konten utama

Travel to My Homeland (Part I) - Kutukan Macet

Mewakili
(PERHATIAN!!!! Dilarang membaca artikel ini dengan Mode Alay Off. Hahahahaha... Buat pihak-pihak yang merasa tersangkut, just smile, Oke? Anggep saja ini petuah gratis. Hehehe... Deal? Tancaaaaaaap! ^.^)

Kalo liat judulnya sih keren banget. "Travel to My Homeland" (Buat Sastrawan Bahasa Inggris, maaf kalo tata bahasa saya remuk redam -_-"). Terjemahan elitnya sih "Perjalanan Menuju Tanah Airku". Wakakakakak... Please yo. Kirain TKI apa menuju Tanah Air? Hehehehe... (Lha, pas makna sebenernya apa? Hm... Mudik? LOL... #Comment closed)

Sabtu 10 Maret bener-bener jadi perjalanan Paling Gokil seumur idup jadi makhluk perantauan. "Hanya" gara-gara rengekan orang sakit (Ampuuuuun... Jangan kutuk saya!!! >.<) dan telpon nggak lebih dari 4 menit, berubahlah agenda akhir pekan saya secara menyetubuh, eh menyeluruh. Hehehe... Ini semua nggak bakal terjadi (insya Allah) kalo si Mrs. Do Less Talk More ngomong lebih awal ke ibu saya (Terima kasih untuk kesusahan yang Anda buat pada saya!). So, begitu tongkat komando dikirim lewat sandi-sandi merpati yang terbang melintasi udara dan menclok di kuping saya, "Angga, besok pulang subuh dan langsung ke Rumah Sakit!" segeralah packing dimulai. Mau tahu yang menjengkelkan dari misi pulang kampung episode ini? Saya kena gejala ambeien! TIDAAAAAAAAKKKK!!!!

Dan ketika gema azan subuh masuk ke kamar saya, dengan mengabaikan shalat yang utama ini (Astagfirullahaladzim.... >.< Don't try this at your life!), saya bergegas menuju Terminal Bus Arjosari. Berharap dapat bus segera yang nganterin saya ke Probolinggo. Ya gimana nggak keburu? It's not about homesick. It's about my emphaty to someone that fall in sick. Dia nenekku. Sapa kira ternyata masuk rumah sakit dan manggilin aku. Kontan sisi phobia saya ngeluarin sinyal. Dan inilah bentuk konkrit sinyal itu: (setengah) panik level 3.

Persis jam 5 bus Akaz Asri jurusan Malang - Probolinggo - Jember jadi bancakan mudik kali ini.

Sampe Terminal Pasuruan sih nggak ada tanda-tanda nggak enak perjalanan kali ini. Cuma, seperti biasa, Bus Tentrem jurusan yang sama nguntitin dari belakang sejak dari Pohjentrek (setau saya). Kondektur bus saya teriak-teriak nggak tau pake bahasa apa (asumsi: bahasa kodok. Hahahaha...) yang jelas begitu nyampe persis di pagar luar Terminal Pasuruan, bus saya berhenti! Aduh. Jangan bilang dioper ke belakang!! Dan dugaan saya (sedikit) benar!

Penumpang bus Tentrem di"lempar" ke Akaz. Alasannya? Nggak jelas. Ya saya sih senyum-senyum. Ego mode on. Yang penting saya aman. Hahahaha... Dan perjalanan pun berlanjut seperti biasanya sampai... bencana itu datang...
***
Antrian panjang langsung say hello begitu bus sampe di Pangkrengan. Saya garuk-garuk ketiak. Apaan nih? Panjangnya naujubillah. Nggak ada ujung rasanya. Truk, pikep, bus. Mobil pribadi. Tumpah di sisi kiri jalan. Dari arah berlawanan nggak ada kendaraan sama sekali yang lewat. Firasat otomatis ngasih kode nggak enak. Bahaya dimulai. Tapi: bahaya apakah?

Semilir-semilir ada suara nggak enak waktu bus merayap menerobos kemacetan sampai akhirnya berhenti sama sekali di depan sebuah warung pinggir jalan. Ada "gas", ada "banjir", lalu"macet total", ada juga "sampe probolinggo." Ada lagi yang lebih gila: "Balik wae!" Balik... balik matamu picek iku balik (Ups, maaf. Lose control). Saya coba sabar berharap keadaan membaik. Sementara itu, satu per satu tukang ojek menawarkan jasa di sekitar bus saya. Firasat tambah nggak enak. Ada apaan sih di depan?
***
Kontan lemes waktu denger di depan ternyata ada banjir setengah badan orang dewasa. Seperti yang udah-udah, walau kali ini agak lain, daerah yang kena terjangan banjir ya di sekitar Bayeman sampe Gapura Selamat Datang. Kayaknya udah berkali-kali kena banjir, meski nggak segede sekarang, tapi kenapa nggak ada aksi ya? (Pejabat : sleep and hide mode on. Hahahaha... Kepet tenan -.-")

Yang bikin makin lemes kesaksian pak kondektur yang bilang temennya baru pulang tadi pagi, jam 6, ke Arjosari setelah jam 9 malem jadi korban kemacetan ini. Wah. Otak panik naek level. 6. Penumpang mulai bingung. Suara ojek makin sahut-sahutan. Mau tau berapa ongkos Pangkrengan - Terminal Bayuangga? 50 ribu! Yap. Untuk jarak sekitar 15 kilometeran saja harus merogoh kocek 50 ribu naek ojek yang muter-muter sedari tadi. Ada yang gilaan malah nawarin 100 ribu per orang. Uang nenek loe 100 ribu, hah?! Makin lemes...

Dirudung putus asa dan hasil menguping omongan dua anak muda yang sibuk berdiskusi dan berdebat soal naek kereta api sebagai alternatif ke Jember (halooo... Mau naek kereta dari mana nih? Mending muter dulu ke Pasuruan, Sob. Naek dari stasiun kota. Oke? Kalo ada lho. Hehehe...), saya putuskan untuk turun dan menguping pembicaraan tukang ojek dan kondektur soal situasi di depan. Saya "mengintip" seorang nenek dan cucunya bertarung harga dengan tukang ojek (catatan, ke Terminal Bayuangga, dua orang tersebut ditarget ongkos 75 ribu. Walau nggak tega liat ekspresi si nenek yang udah tua dan cucunya yang walau berotot tapi agak culun, harga segitu lebih oke ketimbang 50 ribu yang nyangkut di dompet saya). Akhirnya saya putuskan dengan bulat-bulat: saya naek ojek aja! For the first time and (maybe) for the last. Naek motor RX King item (meskipun butut, saya lebih respek sama nih motor ketimbang yang punya. Nggak pake-maaf-celana dalam! Kampreeeeet!!!), saya dibawa "ngegadaiin" nyawa di jalanan. Simpang kanan belok kiri. Nyelip depan mundur lagi. Eh, udah tau jarak dua jengkal masih aja diterobos. Saya berdo'a, nggak putus-putus, moga-moga dengkul saya nggak nabrak bumper truk yang lagi parkir di kanan jalan. Sementara itu, saya ikhlaskan diri saya yang ganteng ini (Ihiiiiiirrr... Hehehe... ^.^) kena maki sopir-sopir truk dan bus yang frustasi kejebak macet. Hihihihiks... (¯̩̩̩̩̥¯̩̩̩̥¯̩̩̩̩̥_¯̩̩̩̩̥¯̩̩̩̥¯̩̩̩̩̥)

Sekitaran jam 10.20 saya parkir di Terminal Bayuangga. Setelah menyodorkan ongkos ojek 50 ribu, saya jalan ke peron buat ngincer bus jurusan Bondowoso. Alhamdulillah nemu. Dan episode perjalanan etape kedua... dimulai!

~TO BE CONTINUE~

NB: Versi dokumentasi artikel ini dan pengalaman langsung di tengah kemacetan akan di posting kemudian mengingat saya masih nggak punya card reader (¯̩̩̩̩̥¯̩̩̩̥¯̩̩̩̩̥_¯̩̩̩̩̥¯̩̩̩̥¯̩̩̩̩̥) Insya Allah tanggal 26 bulan ini ato awal bulan April lah saya kasih update liputan langsung di TKP. Oke?

Sumber Gambar: TribunNews.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World