Langsung ke konten utama

Di Tugu Kotamu

Di tugu kotamu,

aku menemukan diriku

rikuh dan malu-malu

Aku mencoba mengingat kembali

sudut-sudut yang dulu kukenali sekali

Sungguh, sangat aku kenali

Nyatanya kini

wajahmu begitu abu

Penuh sungkan aku menyapamu


Di tugu kotamu,

aku mendapati jiwaku

begitu kaku

Tak seakrab dahulu

Trotoar Malioboro menjelma dahaga;

Alun-alun Kota ranggas dedaun beringinnya

Gudeg menjelma judek

Sreg menjelma amblek

Hangatmu menghablur

menghambur

menjelma batang sangkur,

pisau cukur,

atau sabit Mak Kur

yang sawahnya akur

di antara jalanan tol yang kufur,

bandara adiluhur,

dan aristokrasi yang mulai lantur


Di Tugu Jogjamu,

aku kehilangan minatku

Hasratku lembab di antara sembab

mata yang berasap

ditikam marah,

dihujam gelisah,

diterkam puruk dan pasrah

Maka,

kubiarkan jemariku klitih

merogoh suci diksi-diksi yang kumiliki

Barangkali pada sisa keindahan rima,

masih kutemukan remah

wajahmu yang ramah

Dan di hariku yang menua

kutemukan jawaban purba

tentang pelataran untukku rebah


Ya,

di wajahmu

Jika


Cilegon, 03 Januari 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San