Langsung ke konten utama

Benih

Diberi atau Memberi Matahari?
Semaian pagi mengundang angin bernyanyi. Burung-burung bangun. Nyiur menari: anggun. Awan berarak melaun. Mengantarkan langkah sang bumi. Mencetak cerita hari ini.

Jiwa-jiwa muda terciumi mancung hidung ibu pertiwi. Senyum yang kembang. Jadi pelita penerbit terang. Sinar remang. Dan matahari terbit mengusir lengang. Jiwa-jiwa muda berlari. Ke timur, utara; menurut barat dan selatan mereka melangkah. Melangkah...

Kawan. Jangan takut lidahmu dimaki. Karena iri selalu terjadi.
Biarkan saja mereka bernyanyi. Kau punya mimpi. Dan percik-
an lidah takkan sirna menjadi tuah. Ia kan jadi jalan lapang. Jalan
terang yang membawa kami bertualang. Mengisi agenda hidup
yang panjang.

Kawan. Jangan takut ketukan otak menjadi tombak. Menjadi sasar-
an tembak. Sebab, untuk itu kamu ada. Untuk itu kamu ada. Ya.
Untuk itu kamu A-DA. Hatta tak lahir 'tuk menyembah nasib. Karno
tercipta bukan menjadi kawan sang tengik dan berlenggang seakan
karib. Kau tersabda bukan menjadi selingan sejarah. Kaulah sejarah!
Di tanganmu negara menyimpan tawa. Di tanganmu pula: negara me-
nutup luka
. Dengan bencana...

Kawan. Jangan takut langkahmu dibalas tuding dan debu. Dengki
tak pernah jauh. Mengapa rapuh? Malam selalu hitam. Kenapa den-
dam? Langkah baru tak pernah lepas dari ragu dan tuduh. Kenapa
musti surut dan mengeluh? Maju! Majulah! Teguhlah!

Sejarah bersaksi: menang bukan karena tirani ambruk di tindasan kaki
Ia bersaksi: pemuda menjadi pengubah dan pemudi menjadi kemudi. Se-
jarah mengintipmu dan menyelipkan namamu dalam diam. Niscaya. Ke-
tika waktu berlalu dan zaman beralih dari batu ke dungu. Lalu pindah
ke era buku. Dan kini: masa penuh ragu; matamu kembali dirindu.

Dan biarkan kecurigaan itu. Mereka tak pernah tahu. Mereka tak akan
mau tahu. Untuk apa berpasrah pada tuna rungu? Silangkan tangan di
kepala! Tekadkan arah! Jalan di depan menunggu pelukan. Segeralah
melangkah! Niatmu terlanjur bulat. Lekaslah berangkat! Lekaslah!
Lekaslah!

Lekaslah...!

Sumber Gambar: Sato Pepelakan - Mengenal Biologi, Perkembangan dan Ekologi Benih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San