Langsung ke konten utama

9.15

Tak ada sangka dalam tanda
Tak ada duga dalam terka
Tiba-tiba
Begitu saja
Awan hitam tertawa
Bagai puasnya iblis di atas bencana
Bagai leganya kafir atas murtad sesosok hamba

Jejak Trauma
Jalan,
Setapak,
Entah mengapa seketika sesak
Rimbun hari sirna
Gelap bagai kutuk menyerba
Usai sudah cerita
Deretan bencana. Runtutan nestapa
Terseret dan terkerek ke angkasa
Kibar bersama luka...

Kau yang tersenyum di sana
Terima kasih t'lah kau cipta air mata dan tumpah
Kau yang terbahak di sana
Terima kasih t'lah menyabda dendam: menguncup lalu merekah
Kau yang mendengki dan berpesta
Terima kasih
Entah karma hendak tertimpa pada siapa lagi
Aku tak mengerti

Yang ku pahami
Seribu tuah menari di langit pagi ini
Menyediakan sejuta anak panah
Beracun dan bernanah
Mengukur hendak tertujam di sana
Bersiaplah jika kau terkena olehnya
Untuk apa menangis?
Untuk apa ratap berbaris?
Untuk apa sesal berlapis?
Jalanilah, Manis

Ini baru awal
Ini baru pangkal
Belum ajal...

Selamat menanti
Semoga kau menyukai
Aamiin.

Sumber Gambar: Catatan Sang Pemimpi - Andai Waktu Bisa Dibeli...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World