Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Off Dulu Bentar ya Sobat ^_^

See You Soon Haiiii... Kangen ya sama postingan saya ? Hehehe... Sama nih. Saya juga kangen posting artikel baru. Di otak, saya udah nyiapin sejuta rencana soal materi apa aja yang mau saya publish . Insya Allah deh artikel terbaru nantinya bisa ngasih suatu inspirasi buat temen-temen Manyar dimana pun berada. Syukur-syukur jadi motivasi ke arah yang positif dan bisa bikin temen-temen jadi lebih baik dari sekarang. Tapi... Berhubung belakangan ini saya lagi musuhan sama waktu karena tugas-tugas udah kayak Gunung Everest, saya mohon pamit bentaaaaaaaaaaar aja . Boleh nggak? Mulai hari ini saya akan mengurangi (atau bisa dikatakan meninggalkan -.-") porsi tatap muka dengan blog saya, termasuk porsi update posting terbaru. Memang sih berat banget ninggalin visitor setia yang kayaknya udah mulai rutin keluar masuk blog ini walau sekedar intip atau naruh link doang di Buku Tamu. Tapi, mereka tetep temen Sang Manyar 'kan? Mereka pasti kecewa masuk ke sini dan nemuin

Kendali

Marah Menyebar ke ubun kepala Segala rasa seakan sama Segala duka seakan nyala Mengutuk sepanjang jalan Memaki lintasan angan Begitu nyata... Sumbu Ruang dendam hening mencekam Mata. Sorot menusuk angkasa Nafas. Berburu begitu culas Ada kibaran panji di hati Ada tarian sepi. Memagut pungkasan rintih Bergerak menghujam menjelang mati Ketika tubuh seperlima langkah Dan seribu kepala bersiap waspada Tangan kobar. Kaki cemar Tekad dan nekad berbebat memburat Menghitung waktu Satu. Satu. Satu ... Satu... Hingga kala melenguh ke lorong telinga itu Lalu. Pias sudah kendali Menjadi setumpuk harga yang musti dibeli Dengan sesal atau malu Atau jari yang lumpuh Atau. Kehidupan yang pindah benua Disusul banjir air mata Basahi koran yang ku baca Esok lusa... Sumber Gambar: Berita Jakarta.com - Unjuk Rasa di Bundaran HI Ricuh

Pelukan Sehangat Pagi

Ku dambakan pelukan         sehangat pagi Agar ku mengerti Agar ku pahami Kebenaran hakiki cinta dan kasih Dan ku rindukan senyuman         setulus janji Agar ku insyafi Agar ku sadari Bahwa hati adalah misteri Dan aku tak pernah tahu Kapan nurani selalu begitu Kapan ia setia Dan kapan pula ia durja Seperti mu         yang tertawa di balik nestapa Renyah. Bahana Bernanah di hamparan hari Menjelang matahari. Ku ... (Kepada Yang Tercinta Yang Tak Mencinta)

Masyarakat Sampah. Sampah Masyarakat

Siapa yang Sampah? ( Sorot cerita. Sebuah kavling berdinding hening ) Berpeluh. Antri di antara terik matahari. Atau gigil di kepungan dingin malam hari. Diam memandang matahari. Tunduk di linangan sinar bulan sepi. Mencoba apa saja demi mendapat apa saja. Demi terisi perut yang rintih. Atau sekedar menutupi lubang mimpi. Sebab: kau tak bisa menjadikannya nyata . Tak pernah bisa... Kau yang hidup di antara sisa. Kau yang bertahan di jelaga sisa. Berkejaran mencoba. Mendaki berusaha. Tuhan di hati. Hari esok meski tak pasti: kau hadapi dengan api . Membara menjalari dunia. Memberikan hangat di sela-sela kebekuan yang bumpat. Kau malaikat.                              Wahai... Masyakarat sampah ( Setting berpindah ke rumpun rimba yang asing ) Berbanjir curang. Bagai tampilan seorang raja. Berdiam di balik meja dan tumpukan kertas tak berguna. Mata mencari mangsa. Ya orang, ya uang. Atau segala yang mampu membuat kenyang. Ketika sasaran dalam perangkap, serentak kau sergap.

9.15

Tak ada sangka dalam tanda Tak ada duga dalam terka Tiba-tiba Begitu saja Awan hitam tertawa Bagai puasnya iblis di atas bencana Bagai leganya kafir atas murtad sesosok hamba Jejak Trauma Jalan, Setapak, Entah mengapa seketika sesak Rimbun hari sirna Gelap bagai kutuk menyerba Usai sudah cerita Deretan bencana. Runtutan nestapa Terseret dan terkerek ke angkasa Kibar bersama luka... Kau yang tersenyum di sana Terima kasih t'lah kau cipta air mata dan tumpah Kau yang terbahak di sana Terima kasih t'lah menyabda dendam: menguncup lalu merekah Kau yang mendengki dan berpesta Terima kasih Entah karma hendak tertimpa pada siapa lagi Aku tak mengerti Yang ku pahami Seribu tuah menari di langit pagi ini Menyediakan sejuta anak panah Beracun dan bernanah Mengukur hendak tertujam di sana Bersiaplah jika kau terkena olehnya Untuk apa menangis? Untuk apa ratap berbaris? Untuk apa sesal berlapis? Jalanilah, Manis Ini baru awal Ini baru pangkal Bel

I Can Still Recall... - Mengenang Duka Setahun Lalu

Kenangan yang Tak Tergantikan "WAKTU terus berjalan... Sejarah telah hilang... " Sebuah lirik manis yang berkesan bagi saya . Deddy Mizwar. Melihat Dengan Hati. Meskipun berbeda konteks dengan apa yang mau saya tulis , penggalan awal lagu soundtrack Nagabonar itu membuat saya mengulang kembali "sejarah kelam" setahun yang lalu. Ya. Persis setahun yang lalu. 20 Maret 2011. Pukul 9.15 Waktu Indonesia Barat. Tanpa tanda dan prasangka, semuanya terjadi begitu... begitu cepat. Saya masih ingat dengan detail kejadian pagi itu. Meski sudah satu tahun berlalu, trauma itu masih ada. Berbekas. Menjadi semacam phobia yang tak berkesudahan. Menjadi wabah. Menjadi virus prasangka pada orang-orang yang berkeliaran di sekitar saya. Sorot mata mereka selalu saya artikan sebagai sorot mata kemunafikan. Sorot mata pura-pura. Langkah mereka menjadi tanda tanya bagi saya: "Mau apa?" Saya bisa merasakannya. Benar-benar bisa. Kronologi yang samar. Pagi itu, pe

Mengalir

Add caption mengalir. ya. mengalir: air mengalir. ya. entah sampai bila: darah mengalir. ya. menyapa lembah: udara mengalir. hingga batas dimana kau mampir: hidup... Sumber Gambar: Welcome to dSastra

Benih

Diberi atau Memberi Matahari? Semaian pagi mengundang angin bernyanyi. Burung-burung bangun. Nyiur menari: anggun . Awan berarak melaun. Mengantarkan langkah sang bumi. Mencetak cerita hari ini. Jiwa-jiwa muda terciumi mancung hidung ibu pertiwi. Senyum yang kembang. Jadi pelita penerbit terang. Sinar remang. Dan matahari terbit mengusir lengang. Jiwa-jiwa muda berlari. Ke timur, utara; menurut barat dan selatan mereka melangkah. Melangkah... Kawan . Jangan takut lidahmu dimaki. Karena iri selalu terjadi. Biarkan saja mereka bernyanyi. Kau punya mimpi. Dan percik- an lidah takkan sirna menjadi tuah. Ia kan jadi jalan lapang. Jalan terang yang membawa kami bertualang. Mengisi agenda hidup yang panjang. Kawan . Jangan takut ketukan otak menjadi tombak. Menjadi sasar- an tembak. Sebab, untuk itu kamu ada. Untuk itu kamu ada. Ya. Untuk itu kamu A-DA. Hatta tak lahir 'tuk menyembah nasib. Karno tercipta bukan menjadi kawan sang tengik dan berlenggang seakan karib. Kau

Siklus Malas: Shadow Hanging Over Me -.-"

Pernah ngalamin nggak yang namanya siklus malas? Siklusnya nggak tentu. Nggak ada sirine, nggak ada selebaran, tiba-tiba nongol gitu aja. Kalo udah ketiban yang satu ini, saya jamin: maleeeeeeeeeeeeees banget mau ngapa-ngapain. Dan kali ini giliran saya kecemplungan siklus ini -.-" Siklus malas buat saya wajar. Manusia nggak bisa nggak pasti pernah mengalami yang satu ini. Hah? Apa? Penyebabnya? Wah, kalo ditanya penyebab sih banyak. Bisa karena rutinitas yang itu-itu aja sehingga menyebabkan kejenuhan. Atau bisa juga karena atmosfir lingkungan kerja atau tempat tinggal yang nggak sehat. Penyebab lainnya adalah situasi pribadi si korban penyakit malas. Contohnya? Gampang. Paling tren adalah patah hati. Orang kalo udah kejadian yang namanya patah hati, pasti deh pengennya bunuh diri atau paling nggak ngebunuhin si cowok/cewek yang bikin dia patah hati. Salah satu orangnya ya yang baca artikel ini. Hehehe... Just kidding, Friends! ^.^ Siklus malas merupakan wujud akhir da

Tuah

Ada Bagai Tiada berapa banyak buku kau punya? berapa banyak pena di meja? berapa banyak kau singgahkan mereka di kantong sampah? berapa banyak kau melakukannya? kau punya telinga? bisakah kau dengar suara mereka    merintih, menyumpah, dan berdo'a? kau punya mata? bisakah kau intip air mata menjadi banjir    dan bah menyapu serakah dunia? kau simpan jalan terang di kolong ranjang kau sembunyikan harapan kau hilangkan impian:    merangkak pelan-pelan menuju kematian kau pendam pelita dengan gelap yang gulma kau pendam ruas jalan dengan ilalang dan hutan kau sembunyikan mereka    dengan apa kau sampai di sapa? kau ajari kau kebiri otak generasi kini kau manduli kecerdasan anak cucu kami nanti. ketika peluit panjang meradang    dan seribu pandang menjelang dari barat dan selatan ku yakin matamu membelalak hingga ke belakang dan kakimu berlarian bagai menjangan gentar di bisingnya auman kau merintih dan bersujud kepada zaman berharap waktu di ulang b

Luka Senja

Menunggu Mati Kau pernah bermimpi Lusinan ilusi samar menjelma imaji Dunia ingin kau rengkuh Waktu semudah sentuh Dan kau terus bermimpi. Terus bermimpi Tenggelam berjengkal jari Matahari. Sinarnya galau memaki Kau tikam bumi dengan janji Kau sayat sepi dengan ambisi Persetan teriakan letih Persetan rintihan henti Darahmu gejolak. Nafasmu berdecak Jantung. Tak bosan mengaum dan meraung Kini. Ya, kini Senja menjingga berapi-api Siluet malam Gelap dan dendam Ku lihat sosokmu meringkih di kesunyian Kemana kepalan tangan? Dimana tegapnya badan? Tak ku dengar sipongang nyalimu berdendang Hanya ejekan lengang Dan kebisuan hati mendegup bagai tembang Dimana perkasamu? Kemana harapan itu? Wajahmu tak lagi cerlang Menjadi malang Di kunyahan luka yang rembang Sendu menyerlang... Sumber Gambar: Rifat Khan - Cerpen - Sepotong Senja Rasa Es Krim

The Unforgettable: Masa Remaja ^^ (Part II)

Remaja Sehat, Bangsa Kuat Halooo... Ketemu lagi nih. Kita lanjutin topik kita yuk? Tadi sampe mana? Free sex ya? Nah buat yang satu ini saya kasih ilustrasi sederhana deh. Lebih enak mana antara mangga muda yang setengah mateng dengan yang udah tua dan mateng? Bukan dirujak lho. Masa remaja itu ibaratnya masih jadi mangga muda. Kecut. Keliatannya aduhai tapi begitu dicicipi, rasa penasaran kita akan terkikis oleh penyesalan: kenapa dikupas dulu sih tadi? Begitu juga dengan free sex , khususnya di kalangan remaja. Pacar kalian itu ibarat mangga muda yang baru aja menghimpun kecantikan dan ketampanan mereka. Kegantengan dan keayuan pacar kalian sekarang akan jadi seribu kali lipat lebih ganteng dan lebih ayu dari sekarang kalo kalian menjaga kehormatan mereka sampai saat yang tepat nanti: ketika Tuhan menjadi saksi pernikahan kalian . Begitu kalian terseret nafsu, memaksakan hasrat sesaat, kegantengan dan keayuan itu akan tercabut seketika. Yang ada di depan kalian sek

7 Alasan Status Kamu Di-Like

Wah! Jempolnya Sapaan Nih? Wah! Yang namanya like status emang paling doyan deh kayaknya akhir-akhir ini. Bentuknya pun macem2. Sebut aja mulai dari sekedar mencetin simbol jempol ngacung atau sekedar nambahin komen Like this yoooo mirip iklan seluler. Mau yang lebay dikit? Nih saya kasih:   ⏠⎝≧⏝≦⎠⎝⏠⏝⏠⎠⎝≧⏝≦⎠⎝⏠⏝⏠⎠⏠ ஜ۩۞۩ஜ◄────╬mAmpIr SeBeNtAr KaWaN╬────►ஜ۩۞۩ஜ ╱◥█◣ ...╱◥◣╱◥████◣ ╱◥█◣_ ......∩║▓_ _∩__▓ ▓∩▓田 ║∩║▓__∩__ ▓▓∩▓田 ... ... ... ... ... ║╬╬╬╬╬╬╬╬。 ●▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬● ....SALAM KOMPAK SELALU.... ●▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬● şдĻдм Þэяşдндвд†дй..Şάђάвά† άќάй мєйçάŗї wάĻάџ †άќδїçάŗi ↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓ Şάђάвά† şєĻάĻџ мємвєŗї wάĻάџ †άќ δївєŗї ↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓ Şάђάвά† άќάймєйєŗїмά wάĻάџ †άќ şџќά ↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓ Şάђάвά†вάgάї вџмї Þєŗ†їwї yάйg †άќ ђєй†їмємвєŗї WάĻάџÞџй їά dїşάќї†ї ↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓ Ðάй şάђάвά† άќάй şєĻάĻџ мємвάĻάş jємÞσĻ & çσмєй† ..δάŗї qџ ↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓ Вцάţ дÞд qţ вέяşдђдвдţ ķĻσбд †άќ şдĻїйб вέŗвάбї jємÞσĻ &çσмєйţ ●▬▬▬▬

The Unforgettable: Masa Remaja ^^ (Part I)

Wajah-Wajah Masa Depan Ngomongin masa remaja , sapa sih yang nggak doyan? Masa-masa puber (bukan putus bercinta, kaleeee!!), masa-masa mengenal apa itu emosi. Singkat kata: inilah masa sensi pertama manusia selain masa manula. Masa remaja nggak akan ada abis-abisnya diomongin di sini . Mau dibahas dari mana coba? Dari style ? Atau dari gaya sms-an yang jadi musuh bebuyutan guru bahasa Indonesia? Masa SMP, masa SMA. Dua tahap perkembangan pendidikan yang lengket banget sama yang namanya remaja. Watak sok jagoan nongol kenceng-kencengnya pas umur-umur segini. Juga sifat-sifat centil dan rajin banget dandan (ke sekolah dandan. Kerja kelompok dandan. Mau pup masa dandan? Parah -.-"). Benda yang bernama otak kayaknya jarang banget dipake pas kita nginjek masa ini. Kalo udah kepingin, udah deh. Cabuuut. Hehehehe... Teman-teman kah salah satunya? ;) Masa remaja identik banget sama yang namanya Triple First: first love , first date , dan first broken heart . Hahaha... Setuju? Lab

Aku Ingin Cinta

Aku ingin cinta Suguhkan aku cinta! Biarkan ku teguk manisnya Biarkan ku jilati lukanya Biarkan ku rasai semua Patah Hati Aku ingin sentuhan Aku ingin cumbuan Berikan aku pelukan! Dan lemparkan padaku senyuman Ketika dingin meningkapi badan Ku takkan merasa kesepian Aku ingin Kau menjadi ingin Inginkan aku. Inginkan hatiku Sayang. Kau tak begitu Maka. Aku ingin cinta Pada siapa ku dapatkan dia? Sumber Gambar: Cerita Cinta - 4 Tanda Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Travel to My Homeland (Part II) - Mereka yang Dirugikan

Etape Kedua Seperti mudik biasanya, nggak ada kesan spesial dari perjalanan Probolinggo - Bondowoso. Bus Angggun Krida yang saya tumpangi parkir begitu lama di Terminal Bayuangga. Jam 10.55 bus baru keluar terminal. Keadaan terminal persis kayak kuburan. Sepiiiiiiiii banget. Maklum aja. Bus yang biasanya rutin jadi pengunjung setia kejebak dari Klakah atau Leces (katanya). Belum lagi yang dari arah Pasuruan (seperti bus Akaz saya). Kontan para pengasong mukanya lecek semua. Saya pengen sih beli beberapa dari mereka, tapi berhubung saya bad mood stadium VI, udah deh. Setel cuek deh. Hehehe... Maafkan hambaMu ini, ya Allah... (¯̩̩̩̩̥¯̩̩̩̥¯̩̩̩̩̥_¯̩̩̩̩̥¯̩̩̩̥ ¯̩̩̩̩̥) Perjalanan etape kedua ini agak berbeda karena ngelewatin jalan tikus. Baru kali ini ngeliat bus nekad lewat jalan kampung. Sumpah, ini bus langsung jadi pusat perhatian. Diliatin sekalian dituding-tuding anak-anak SD yang asik ngebugil sambil nyelem di sungai-sungai sepanjang jalan. Aku senyum makna ganda. Ya liat kehera

Travel to My Homeland (Part I) - Kutukan Macet

Mewakili (PERHATIAN !!!! Dilarang membaca artikel ini dengan Mode Alay Off . Hahahahaha... Buat pihak-pihak yang merasa tersangkut, just smile , Oke? Anggep saja ini petuah gratis. Hehehe... Deal? Tancaaaaaaap! ^.^) Kalo liat judulnya sih keren banget. " Travel to My Homeland " (Buat Sastrawan Bahasa Inggris, maaf kalo tata bahasa saya remuk redam -_-"). Terjemahan elitnya sih "Perjalanan Menuju Tanah Airku". Wakakakakak... Please yo. Kirain TKI apa menuju Tanah Air? Hehehehe... (Lha, pas makna sebenernya apa? Hm... Mudik? LOL... # Comment closed ) Sabtu 10 Maret bener-bener jadi perjalanan Paling Gokil seumur idup jadi makhluk perantauan. "Hanya" gara-gara rengekan orang sakit (Ampuuuuun... Jangan kutuk saya!!! >.<) dan telpon nggak lebih dari 4 menit, berubahlah agenda akhir pekan saya secara menyetubuh, eh menyeluruh. Hehehe... Ini semua nggak bakal terjadi (insya Allah) kalo si Mrs. Do Less Talk More ngomong lebih awal ke ib

Burung-Burung Siang Hari

Sejenak Melintasi pematang. Lelah sejenak meradang. Di dahan-dahan. Kau pasrahkan genggaman. Sejenak saja menarik nafas. Sebentar saja menyusun langkah. Membayangkan rencana dan rencana. Hingga saatnya kembali ke sarang tercinta. Sementara. Matahari kian tinggi. Sementara. Lusinan janji terpenuhi dan tereliminasi. Wajah-wajah tunduk. Tubuh mulai bungkuk. Ada yang bertahan dalam kantuk. Kalian hanya mengutuk. Sementara. Jalanan makin panas. Ada saja yang enggan bergegas. Sembunyi di dalam rumah. Mengintip dari jendela. Berharap kurnia turun begitu saja. Kalian menyumpah. Burung-burung siang ini. Kau berkicau dan berkisah. Entah tentang apa. Entah tentang siapa. Yang pasti: kebebalan manusia salah satunya . Sumber Gambar: Zulkifli Ishak Photopages

Burung-Burung Pagi

Kau yang Menebarkan Janji Melesat menyongsong matahari. Di kegemilangan hari. Tegar bernyanyi mengusir sepi. Kau belah tanya. Kau saput kata. Jejak retak dalam gundah. Kau menyingkirkannya. Kau terjang awan. Kau gilas keheningan. Kau sapu segenap debu-debu dan kau alirkan kicauan penepis ragu. Menyusur di sela-sela dahan. Menari di antara kepungan hutan-hutan. Lalu, melesat ke udara! Menangkap cahaya penuh damba. Burung-burung pagi,                                Kapan kami bisa sepertimu? Sumber Gambar: Photography

Perjalanan Rasa

Menikung tanpa arah. Bergerak kemana saja. Hatimu takkan pernah bisa menyangka. Hatimu takkan pernah dapat meraba. Karena kau tak pernah mencobanya. Ketika sorot mata waktu menghampiri jantungmu. Dan kau tak pernah merasa: kau telah kehilangan indera . Maka bersiaplah tergilas di putaran kelam sejarah. Menjadi tumpukan caci maki. Menjadi tumbal untuk kesekian kali. Tapi. Apa pernah kau mengerti? Kau terus saja berkelana dengan rasa yang sama. Dengan selera yang itu-itu saja. Lalu terjatuh dan terkurung di perangkap yang sama. Tua dan mati dengan takdir yang sama. Lalu menangis serupa dengan dongeng cerita legenda. Sama seperti gunjingan mereka. Tentang rasa. (Kepada Manusia dan Pilihan Hidup Mereka Yang Salah)

Ooohhh,,, "Cinta" Tooooh :)

Hai, Kawan? Gimana nih kabarnya? Sehat semua kan? Ada yang sakit? Pengen cepet sembuh? Gampang. Minum obat n banyak istirahat. Hehehehe... Gampang kan? Tiada Lain Kecuali: Cinta Nah. Sebenernya saya mau ketawa ngakak dulu sebelum nulisin artikel ini. Berhubung saya malu sama kucing tetangga sebelah, saya tunda ketawa saya. Cukup ngikik aja. Hihihihi... (Kok malah horor? -.-") Sebelumnya saya mau minta maaf buat tiga hal. Pertama , janji untuk bikin postingan yang lebih beragam dan menarik (baca: selain puisi) belum bisa saya tepati. Kedua , saya mohon maaf puisi yang saya bikin akhir-akhir ini masuk kategori puisi medhit alias pelit alias kikir. Kenapa? Alasannya sih terlalu singkat dan nggak menjual dari sisi tampilan (ada tampilannya aja nggak menjual, apalagi nggak ada??!!! -.-"). Nah, ketiga saya mohon maaf buat temen-temen blogger yang jadi penggemar Jejak-Jejak Manyar karena saya nggak bisa blogwalking ke rumah dunia maya kalian. Lagi sibuk aje gile nih.

Dari Sekeping Isu

Merangkak. Menjejak. Meninggalkan puing dan serpihan barak. Kota sepi. Desa mati. Negara memumi. Sekeping isu. Ku dengar mengalun menyahdu. Meneriaki telinga-telinga tuli. Memelekkan mata yang buta. Seketika. Tiba-tiba. Jutaan manusia turun ke jalan. Menangis bersama. Histeris dan gila. Lalu jatuh. Tengkurap. Sembab.                                           Dan mati...

Vista

Suaka margasatwa. Cagar dunia senyum di kilatan warna. Ada rasa bicara. Ada rasa menyabda. Firman: Tuhan masih niskala. Kita sibuk bicara. Kita sibuk menutup telinga. Kita sibuk hingga lupa: jalan kita makin tak terarah. Kita sibuk bertukar maki. Kita sibuk berbarter label. Kita lupa: wajah kita makin belel . Dan terinjak di belenggu nasib yang bawel. Kita sibuk dengan berjudi. Menukar mati dengan satu detik. Lalu mati tercekik. Untuk apa menunda jika akhirnya sama? Kita sibuk mengail alasan, alasan, dan alasan! Mencari-cari kesalahan meski kita sudah tahu: kealpaan di baju kita . Untuk apa berlempar noda? Maka dunia terus berputar. Waktu masih berkejar. Hidup. Mati. Tengah. Masih seperti biasa. Semesta cipta. Pesona ramah bicara. Tutur sisa di buai asa. Tak sadar terus melangkah. Abadimu, Vista ...

Vigia*

Lancar berlayar. Suara kapal menabuh tanpa sang camar. Lancar menari. Angin dan sepi. Mengiringi kembara tualang muda. Kau bernyanyi. Kau cerdik berpuisi. Melantunkan pujian hati. Mengembangkan cita seakan pasti. Kau anggun di bijak mimpi. Hingga lelapkan kami. Hingga busukkan kami. Dalam vigia celaka alam persada. Tiba-tiba saja! *Vigia, adalah suatu bahaya yang umumnya terjadi di kawasan laut dalam dengan posisi tidak tertentu. Edited at September 17, 2012 : Menambah pengertian "vigia" sebagai penjelas.

Tangisan Pagi

Ku dengar pagi menangis. Menjelma menjadi gerimis. Lalu. Udara turun memistis. Dan. Bumi terjebak di antara selusin keruh yang berlapis. Pagi masih saja menangis. Menggenangi jalanan asa. Menenggelamkan setapak penuh cita-cita. Aku lantas bertanya: Mengapa? Dengan duka ia berkata:                                                   "Kau nyenyak dalam mimpi. Sementara aku makin terkebiri" Lalu ku dengar suara gergaji Mengerjai rerumputan yang kering sepi. Pagi makin menjadi ...

Mencetak Rindu

Mencetak rindu dan ku tempelkan di jidatmu. Agar engkau tahu: Aku Sunggu Merindu Mencetak cinta Menjadikan rasa tak lagi sekedar bayangan fana Mematungkan dia dalam jiwa Dan memfirmankan pada dunia: Aku Sungguh Cinta Mencetak cinta. Lalu. Ku pahat bersama senja Ku inginkan ketika rembulan merangkak di cakrawala. Atau. Ketika bintang mulai bertarian di udara Kau yang merasa sepi. Tataplah dengan hati. Di sana telah ku rangkaikan puisi. Di sana telah ku sematkan kasih. Bersama mimpi ia kan menitis dalam lelapmu. Menyimbahkan selaksa damai teduh. Menyirnakan segudang rasa ragu: Bahwa Ku Selalu Mengenangmu                                                            Dalam rindu....