Langsung ke konten utama

Petrus (Tiba-Tiba Kurindukan)

Petrus, Penembakan Misterius
Tiba-tiba
Kurindukan 'petrus'
Ketika tubuh tertembus
Dan darah mengalir bagai air terebus

Tiba-tiba
Kudambakan 'petrus'
Lalu gemparlah pagi sepi
Menjadi bincangan di warung kopi


Tiba-tiba
Ku inginkan 'petrus'
Sementara bayang-bayang murka
Mulai gentar dan gemerus

Tiba-tiba
Aku memintamu mengulanginya
'Petrus'
Agar belati dan cangkul tak menyesaki jalan kami
Agar sorot mata binal merangkak dalam ciut nyali
Agar tak ada si buncit di tengah jerit perut yang sakit. Lapar
Agar aku. Kamu. Dan anak cucu
Bisa lelap dalam lena malam
Sebab tak ada aroma bara
Yang keliaran di buta kota
Sepanjang gelap

Penembakan Misterius
Ya. 'Petrus'
Kenapa otakku mengingatmu terus?

NB: Sekedar "curahan hati" penulis menanggapi kacaunya situasi saat ini dan maraknya aksi premanisme dan kriminalistik.


Sumber Gambar: Kaskus.us - Sejarah Penembakan Misterius (Petrus) di Orde Baru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World