Langsung ke konten utama

Usah Kau Dengar Keledai Bernyanyi

Nyinyir
Berjalanlah!
Teruskanlah berjalan!
Tak perlu kau risaukan
Dentuman dengki menggedor dinding hati
Tak perlu kau simak
Ranjau maki. Ke dalam mimpi bersarang dan menari
Karena. Merekalah yang akan menangis nanti

Usah kau dengar keledai bernyanyi
Berlarilah!
Teruskanlah berlari!
Tak perlu kau cemaskan
Kutukan dan himpitan pandang yang menyakitkan
Sebab. Kita lebih lapang: menatap horison di sudut ruang dengan hati yang nyalang
Sedang mereka begitu sibuk
Meneliti satu, dua, tiga juta tapak kakimu di Bumi yang ambruk
Tanpa melihat senyuman abadi sang Matahari
Bangga kau hiasi Dunia dengan pesona

Hai! Kawanku!
Usah kau dengar keledai berpuisi
Di pajang lewat mimbar dan pamflet cemar
Memenjarakan dikau dalam isu yang galau
Kau gubah saja sajakku ini
Dan kau bumbui dengan petikan gitar dan harmoni
Lalu. Kau dendangkan kepada pagi ketika mata mereka mulai terjaga
Dan. Di kelebatan sinar surya
Mereka akan menyadarinya:
Pagi. Dan kelembutannya hanya untukmu semata,
         Wahai, Sang Tangguh...

Usah kau dengar keledai bernyanyi. Usahlah...

Sumber Foto: Real Whitby Magazine

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Wahai... (Akhir Mimpi)

Nestapa Bunga-bunga layu Daun-daun Runtuh dalam pelukan kelabu Wahai , Sepi Mengapa musim begitu keji? Sepasang mata Tegak menyongsong derita Jemari mungil penuh luka Memeluk tangkai si kuncup dahlia Yang mulai kering dan punah Wahai, Dingin Seberapa panjang membaluti serbuan angin? Lembah itu Semakin kusam dan berdebu Matahari bisa mengingatnya Di atas batu Ya! Di atas batu itu Semusim lalu Seekor jantan asyik mencumbui betinanya Ya! Di atas batu itu Sang betina pasrah menerima kekasihnya Dan langit Dan bumi Dan semesta raya Ikhlas menerima mereka Mengalirlah gairah dalam cinta Semusim yang lalu... Wahai, Waktu Mengapa dengki nian kau berlaku? Halilintar Suatu hari datang dan mengantar Sepucuk kabar Bahwa cinta harus merepih dan buyar Merepihlah mimpi-mimpi Memuinglah rimbun kasih Air mata . Apakah guna? Cucur darah. Bisakah mengubah? Dan mereka berpisah di antara linang tangisan senja Merantau dalam galau Merundung dalam kabung San