Langsung ke konten utama

Jejak Sang Manyar

Melayang di ambang. Sepi. Tanpa suara bernyanyi
Aku menerka: kemanakah dia pergi?
Dan. Ia tak menjawab selain siulan yang tak ku mengerti
Ia tak menjawab selain meneruskan kepakan sayapnya: menuju titik yang mistis
Aku memandang dalam gerimis

Sang manyar merambati celah waktu
Mengintipi: satu demi satu
Manusia yang katanya hampir binasa oleh mulutnya sendiri
Ia singgah di cabang dedahan
Berkicau sebentar lalu terbang lagi dengan ranting kering di paruh
Menuju kerimbunan kau teduh

Aku menunggu. Ya. Aku masih menunggu
Jejak sang manyar masih jelas tergambar
Walau hujan runtuhkan jembatan batu di seberang desa
Merdunya masih terasa. Meski telinga sesak oleh retorika
Aku sudah berjanji: menunggu ia kembali
Tak peduli berapa windu ku menanti
Dan sebasah apa hujan mengguyuri
Sang manyar
Ku tunggu dia dengan sabar

Dengan tegar...

Sumber Foto: Dunia Kicau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World